2024-03-28T20:10:33Z
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/oai
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/321
2018-04-17T23:08:58Z
jif:ART
PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB
Permata, Ayu
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran Mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran Mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. Rancangan penelitian eksperimental dengan menggunakan Randomized Pre and Post Test Group Design. Sampel dipilih secara random. Hasil analisis kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan didapatkan ada perbedaan nilai kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 60,92 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 57,74 dengan nilai p = p = 0,014.
LPPM Universitas Abdurrab
2017-11-23
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/321
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 1 (2018): Februari; 1-10
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/321/181
Copyright (c) 2017 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/322
2018-04-17T23:08:58Z
jif:ART
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PLAY THERAPY LEBIH BAIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH.
Relida, Nova
Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Play therapy merupakan stimulasi yang dapat diberikan untuk melatih kemampuan motorik halus pada anak prasekolah. Tujuan penelitian ini untuk menigkatkan kemampuan motorik halus anak yang lebih baik, maka intervensi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik ditambahkan dengan senam otak. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa PAUD Ibu Teladan Palas dengan rentang usia 5-6 tahun. Hasil analisis menunjukkan peningkatan motorik halus yang bermakna pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi peningkatan skor rata-rata motorik halus 78.15 menjadi 86.33 (p = 0.000), demikian pula kelompok II terjadi peningkatan dari 77 dan menjadi 86 (p = 0.000). Kesimpulan pada penambahan senam otak lebih baik daripada AFR saja dalam meningkatkan motorik halus anak prasekolah.
LPPM Universitas Abdurrab
2017-11-23
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/322
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 1 (2018): Februari; 11-19
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/322/182
Copyright (c) 2017 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/323
2018-04-17T23:08:58Z
jif:ART
PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE LEBIH BAIK DARIPADA HANYA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA
ismaningsih, ismaningsih
Cedera dalam berolahraga akan mengakibatkan penurunan dari kesadaran proprioceptive dan kelemahan otot. Sehingga akan ditemukan ketidakstabilan postural, yang mengarah pada rasa yang tidak terkoordinasi atau hilangnya kontrol gerakan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap nilai kelincahan. sehingga diperlukan latihan berupa proprioceptive exercise dan strengthening exercise untuk menghindari cedera saat berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan proprioceptive exercise lebih baik daripada hanya intervensi strengthening exercise untuk meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola. Metode penelitian ini bersifat uji klinis eksperimental dengan ramdomized pre and post test two group design. Penelitian dilaksanakan selama 6 minggu. Sampel siswa SMA N 5 Pekanbaru, yang terdiri dari 44 anak laki-laki berusia antara 15-18 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari kelompok I perlakuan pada intervensi strengthening exercise berjumlah 22 orang dan kelompok II perlakuan pada penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthenng exercise berjumlah 22 orang juga. Pengukuran nilai kelincahan dengan menggunakan Illinois Agility Run Test. Hasil analisis menunjukkan peningkatan nilai waktu tempuh kelincahan secara bermakna (p = 0.000) pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi penurunan waktu tempuh nilai rerata (16.,58±0.80) menjadi (15,43±0,62). demikian pula kelompok II terjadi penurunan waktu tempuh yang lebih besar dari (16,61±0,85) menjadi (14,92±0,42) dengan nilai (p = 0.000). nilai rerata sebelum perlakuan pada kedua kelompok tidak ada perbedaan (p = 0.914) kemudian setelah diberikannya perlakuan pada kedua kelompok terdapat perbedaan signifikan dan juga didapatkan nilai (p= 0,003) yang berarti terdapat perbedaan secara signifikan pada panurunan waktu tempuh pada kelompok I lebih menurun dibandingkan dengan kelompok II sehingga kelincahannya meningkat. Simpulan : Penambahan Proprioceptive Exercise Pada Intervensi Strengthening Exercise Terbukti Lebih Baik Daripada Strengthening Exercise Tunggal Dalam Meningkatkan Kelincahan Pada Pemain Sepakbola.
LPPM Universitas Abdurrab
2017-11-23
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/323
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 1 (2018): Februari; 20-25
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/323/183
Copyright (c) 2017 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/324
2018-04-17T23:08:58Z
jif:ART
PERANAN HYDROTERAPI WUDHU PADA PEMBELAJARAN ANAK CEREBRAL PALSY
sari, dian cita
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan anak cerebralpasy di SLB Negeri Pembina Pekanbaru yang mengalami masalah pada kemampuan motorik halusnya saat pembelajaran, yang disebabkan kasus adanya spastisitas, kejang otot, refleks primitif, kontrol postural, penurunan aktivitas fungsional, gangguan sensorik. Cerebral Palsy (CP) adalah kumpulan gejala kelainan perkembangan motorik dan postur tubuh akibat gangguan perkembangan otak pada rahim atau masa depan anak - anak. Penyebab Cerebral palsy dapat dibagi menjadi 3 bagian: prenatal, natal dan post natal.Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan hidroterapi wudhu dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran bagi anak cerebral palsy. Penelitian menggunakan metode Single Subject Research (SSR), dengan disain A-B-A dan teknik analisis datanya menggunakan analisis visual grafik. Hasil penelitian menunjukkan, kemampuan pembelajaran anak cerebral palsy meningkat
LPPM Universitas Abdurrab
2017-11-23
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/324
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 1 (2018): Februari; 26-32
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/324/184
Copyright (c) 2017 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/325
2018-04-17T23:08:58Z
jif:ART
PENGARUH PEMBERIAN RENANG DAN PURSED LIP BREATHING UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS PADA KONDISI ASMA BRONKIAL
rizal, yose
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang, salah satu upaya untuk mengurangi sesak nafas ini adalah dengan pemberian intervensi renang dan pursed lip breathing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan sesak pada penderita asma bronkial. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Sampel penelitian terdiri dari 10 orang yang memenuhi kriteria inklusi dari 1 kelompok perlakuan. Hasil analisis sebelum dan setelah diberikan intervensi didapatkan p=0.004 hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan sesak nafas pada penderita asma.
LPPM Universitas Abdurrab
2017-11-23
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/325
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 1 (2018): Februari; 33-37
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/325/185
Copyright (c) 2017 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/326
2018-04-17T23:08:58Z
jif:ART
PENGARUH METODE SENAM PARKINSON UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN PADA PENDERITA PARKINSON DESEASE
muawanah, siti
Parkinson Disease adalah penyakit neurodegeneratif sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat tidak adanya pengiriman dopamin dari substansia nigra ke globus palidus atau neostriatum yang ditandai dengan adanya resting tremor, bradikinesia, dan instabilitas postural yang menyebabkan gangguan keseimbangan. Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan senam parkinson dapat meningkatkan keseimbangan. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Sampel penelitian terdiri dari 10 orang yang memenuhi kriteria inklusi dari 1 kelompok perlakuan. Hasil analisis sebelum dan setelah diberikan intervensi didapatkan p=0.002 hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keseimbangan pada penderita parkinson desease.
LPPM Universitas Abdurrab
2017-11-23
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/326
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 1 (2018): Februari; 38-43
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/326/186
Copyright (c) 2017 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/565
2019-08-02T13:14:02Z
jif:ART
HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN KEJADIAN DIABETIC PERIPHERAL NEUROPATHY (DPN) DAN RESIKO JATUH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
Komalasari, Dwi Rosella
Latar belakang:Indonesia saat ini menduduki peringkat ke lima dunia sebagai negara yang penduduknya mendirita diabete mellitus (DM). DM adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemi akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Penderita DM jangka panjang sekitar 60-70% mengalami gejala neuropati diabetik pada anggota ekstremitas bawah atau sering dikenal dengan Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN), yang akan ditandai dengan berkurangnya respon sensorik, motorik atau keduanya. Gangguan ini akan mengakibatkan resiko jatuh bagi pasien DM tipe 2 menjadi semakin tinggi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan lamanya menderita DM dengan kejadian DPN dan Resiko Jatuh Pada Penderita DM Tipe 2. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, yang disajikan dalam bentuk data statistik. Metode: Penelitian ini berjenis observasional analitik dan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah chi square test untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dan melihat nilai out ratio masing-masing variabel yang akan saling mempengaruhi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara lama menderita DM dengan kejadian DPN dengan nilai p=0,0001 dan nilai OR=0,25. Hasil uji hubungan antara lama menderita DM dengan Resiko Jatuh menunjukkan p=0,0011 dan nilai OR=0,32. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara lamanya menderita diabetes mellitus dengan kejadian DPN dan resiko jauh pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Semakin lama menderita DM maka akan semakin beresiko terjadinya DPN dan resiko jatuh juga semakin tinggi.
LPPM Universitas Abdurrab
2018-09-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/565
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 2 (2018): Agustus; 1-11
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/565/384
Copyright (c) 2018 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/566
2019-08-02T13:14:02Z
jif:ART
PENGARUH PEMBERIAN PURSED LIPS BREATHING DAN SIX MINUTEWALKING TEST DENGAN INFRA RED DAN SIX MINUTE WALKING TEST DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PADA KONDISI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
relida, nova
Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya faktor resiko seperti merokok, pencemaran udara, kebakaran hutan, banyaknya radikal bebas dan sebagainya. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis yang ditandai adanya keterbatasan aliran udara saluran nafas karena penyakit bronchitis kronis atau emfisema paru. Tujuan. Penelitian ini untuk meningkatkan kualitas hidup melalui kemampuan fungsional, maka intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dalam mengatasi penurunan kemampuan hidup dapat dilakukan dengan berbagai tindakan diantaranya dengan pemberian Infra Red, Pursed Lips Breathing dan Six Minute Walking. Metode Penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan experiment dengan desain penelitian pre and post test. Uji statistik yang digunakan adalah paired sample t-test untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dan melihat nilai out ratio masing-masing variabel yang akan saling mempengaruhi. Hasil. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh pemberian Pursed Lips Breathing dan Six Minute Walking dengan nilai p=0.016. Pemberian intervensi Infra Red dan Six Minute Walking menunjukkan nilai p=0,178 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan pada peningkatan kapasitas fungsional. Hasil uji independent t-test menunjukkan pada kelompok 1 dan 2 nilai p= 0,371 yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada pemberian intervensi kelompok 1 dan 2.
LPPM Universitas Abdurrab
2018-09-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/566
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 2 (2018): Agustus; 12-19
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/566/385
Copyright (c) 2018 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/567
2019-08-02T13:14:02Z
jif:ART
PENGARUH LATIHAN WEIGHT BEARING ACTIVITY UNTUK MEMPERBAIKI POLA JALAN PADA ANAK DENGAN KONDISI IDIOPATHIC TOE WALKING
Permata, Ayu
Fase berjinjit pada anak merupakan proses belajar berjalan yang akan menghilang dengan sendirinya. Apabila anak berjalan berjinjit secara persisten bahkan ketika diminta untuk berjalan biasa anak tetap berjalan berjinjit maka kondisi ini disebut dengan idiophatic toe walking. Idiopathic Toe Walking (ITW) yaitu pola jalan anak dengan cara berjalan berjinjit secara terus menerus setelah berusia lebih dari 3 tahun tanpa adanya bukti kondisi medis yang mendasarinya. Pola jalan berjinjit pada anak usia diatas 3 tahun secara persisten menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa, keterampilan motorik kasar atau halus, perkembangan visuomotor, fungsi integrasi sensorik, atau permasalahan perilaku. Tujuan penelitian ini mengetahui efektifitas treatment fisioterapi latihan weight bearing activity pada kondisi anak dengan ITW untuk memperbaiki pola jalan. Metode penelitian menggunakan penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test membandingkan nilai Foot Posture Index (FPI) sebelum dan sesudah intervensi. Sampel dalam penelitian berjumlah 10 orang anak dengan kondisi ITW yang diberikan latihan Weight Bearing Activity selama 4 minggu dengan intensitas 3 kali seminggu. Hasil analisa uji beda Foot Posture Index (FPI) kaki kanan dan kaki kiri pada kelompok sampel dengan masing-masing nilai p = 0,009 yang artinya ada perbedaan yang signifikan pada kaki kanan dan kiri setelah diberikan latihan weight bearing activity.
LPPM Universitas Abdurrab
2018-09-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/567
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 2 (2018): Agustus; 20-29
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/567/386
Copyright (c) 2018 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/568
2019-08-02T13:14:02Z
jif:ART
Gambaran Persepsi Dan Perilaku Penderita TB Paru Dalam Menjalani Pengobatannya Di Puskesmas Rejosari Pekanbaru Tahun 2017
Cania, Arriy Saputra
Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur, dan adekuat. Tipe pengobatan dari penyakit ini adalah tipe pengobatan jangka panjang yang membutuhkan waktu selama 6-8 bulan dan pasien diwajibkan untuk meminum obat dalam jumlah yang tidak sedikit, dengan waktu yang intensif. Pengobatan ini harus dilakukan sesuai dengan aturannya. Persepsi yang salah dalam pengobatan mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi pasien penderita TB paru dan perilaku pasien dalam menjalani pengobatannya di Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif sederhana. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data secara univariat. Hasil penelitian menujukkan sebagian responden memiliki persepsi yang baik dalam menjalani pengobatannya sebanyak 28 orang (50,0%) dan sebagian besar memiliki perilaku positif dalam menjalani pengobatannya sebanyak 30 orang (53,6%). Bagi Puskesmas diharapkan selalu berperan serta dalam program pengobatan TB Paru melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkhusus pada pasien TB mengenai tujuan pengobatan TB.
LPPM Universitas Abdurrab
2018-09-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/568
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 2 (2018): Agustus; 30-37
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/568/387
Copyright (c) 2018 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/569
2019-08-02T13:14:02Z
jif:ART
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENUE BILATERAL DENGAN INTERVENSI NEUROMUSKULER TAPING DAN STRENGTHENING EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL
ismaningsih, ismaningsih
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keluhan umum yang dirasakan pada Penderita osteoarthritis lanjut usia pada umumnya mengalami gangguan fungsional, penderita sulit bangkit dari duduk, jongkok berdiri atau jalan, jalan naik turun tangga atau aktivitas yang membebani lutut. Hal ini disebabkan karena pada penderita osteoarthritis merasakan adanya nyeri..Osteoarthritis pada lutut dapat menimbulkan gangguan kapasitas fisik berupa nyeri sendi, kaku sendi, kelemahan dan disabilitas maka dengan ini, dalam hal penurunan kemampuan fungsional diberikan intervensi neuromuscular taping dan strengthening exercise yang kemudian diukur dengan menggunakan indeks barthel bertujuan untuk menilai tingkat ketergantungan atau kemandirian pada pasien. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang mana terdiri dari penderita osteoarthritis.usia target sampel dalam penelitian ini yaitu 45 – 80 tahun. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Variabel dependent yaitu kondisi osteoarthritis sedangkan variable independent yaitu pelaksnaan intervensi neuromuscular taping dan strengthening exercise.Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental pre post test-group design untuk mengetahui efek suatu intervensi yang dilakukan terhadap obyek penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 12 orang yang mengalami gangguan fungsional pada osteoarthritis dan diberikan intervensi neuromuscular taping dan strengthening exercise setiap hari selama 1 minggu.hasil analisa uji beda indeks barthel pada kelompok sampel sesudah intervensi didapat nilai p = 0.002 yang artinya ada perbedaan yang signifikan setelah diberikan intervensi neuromuscular taping dan latihan strengthening exercise dengan menggunakan theraband
LPPM Universitas Abdurrab
2018-09-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/569
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 2 (2018): Agustus; 38-46
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/569/388
Copyright (c) 2018 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/570
2019-08-02T13:14:02Z
jif:ART
PENAMBAHAN NEUROMUSCULAR TAPPING LEBIH BAIK DARI PADA ULTRASOUD SAJA UNTUK MENURUNKAN NYERI PADA KASUS PLANTAR FASCITIS
PENAMBAHAN NEUROMUSCULAR TAPPING LEBIH BAIK DARI PADA ULTRASOUD SAJA UNTUK MENURUNKAN NYERI PADA KASUS PLANTAR FASCITIS
Muawanah, Siti
Herli, Muhammad Azhari
Fascitis plantaris adalah suatu kondisi terjadinya peradangan yang terjadi akibat overstretch pada fascia plantaris. Hal ini dikarenakan terjadinya penguluran atau adanya beban yang berlebihan pada arkus longitudinal atau dan hilangnya arkus longitudinal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah Penambahan Neuromuscular Tapping lebih baik dari pada Ultrasoud saja untuk menurunkan nyeri Pada Kasus Plantar FascitisMetode penelitian ini adalah Eksperimental murni dengan randomized pre-test and post- test group design. Dalam penelitian ini 7 responden diberi intervensi denganmodalitas ultrasoud dan neuromuscular taping dan 7 responden diberi intervensi ultrasound saja selama 6 kali terapi.nilai intensitas nyeri diukur dan dievaluasi dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS).Hasil analisis statistik parametrik dengan Paired sample t-test. Hasil uji hipotesis menunjukkan kedua sampel Uji signifikan dua sampel yang saling berpasangan yaitu nyeri pada fasciitis plantaris sebelum dan sesudah perlakuan kelompok I dengan uji paired sample t-test. Data dengan hasil p=0,001 (p<0,05), berarti ada perbedaan sebelum dan sesudah Perlakuan pada Kelompok I. sedangkan kelompok perlakuan II Uji signifikansi dua sampel yang saling berpasangan yaitu nyeri pada fasciitisplantaris sebelum dan sesudah Perlakuan pada Kelompok II dengan uji paired sample t-test.Data dengan hasil p=0,000 (p<0,05), berarti ada perbedaan sebelum dan sesudah Perlakuan pada Kelompok II. Dan pada uji selisih terdapat nilai P =.0,495 (p < 0,05). Dengan Hal tersebutditujukan untuk mengetahui uji hipotesis III yang akan menggunakan data selisih dari masing-masing kelompok dengan menggunakan uji independent sample t-test.Simpulan pada penelitian ini bahwa Penambahan Neuromuscular Tapping dan ultrasound lebih baik dari pada Ultrasoud saja untuk menurunkan nyeri Pada Kasus Fascitis plantaris
Fascitis plantaris adalah suatu kondisi terjadinya peradangan yang terjadi akibat overstretch pada fascia plantaris. Hal ini dikarenakan terjadinya penguluran atau adanya beban yang berlebihan pada arkus longitudinal atau dan hilangnya arkus longitudinal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah Penambahan Neuromuscular Tapping lebih baik dari pada Ultrasoud saja untuk menurunkan nyeri Pada Kasus Plantar FascitisMetode penelitian ini adalah Eksperimental murni dengan randomized pre-test and post- test group design. Dalam penelitian ini 7 responden diberi intervensi denganmodalitas ultrasoud dan neuromuscular taping dan 7 responden diberi intervensi ultrasound saja selama 6 kali terapi.nilai intensitas nyeri diukur dan dievaluasi dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS).Hasil analisis statistik parametrik dengan Paired sample t-test. Hasil uji hipotesis menunjukkan kedua sampel Uji signifikan dua sampel yang saling berpasangan yaitu nyeri pada fasciitis plantaris sebelum dan sesudah perlakuan kelompok I dengan uji paired sample t-test. Data dengan hasil p=0,001 (p<0,05), berarti ada perbedaan sebelum dan sesudah Perlakuan pada Kelompok I. sedangkan kelompok perlakuan II Uji signifikansi dua sampel yang saling berpasangan yaitu nyeri pada fasciitisplantaris sebelum dan sesudah Perlakuan pada Kelompok II dengan uji paired sample t-test.Data dengan hasil p=0,000 (p<0,05), berarti ada perbedaan sebelum dan sesudah Perlakuan pada Kelompok II. Dan pada uji selisih terdapat nilai P =.0,495 (p < 0,05). Dengan Hal tersebutditujukan untuk mengetahui uji hipotesis III yang akan menggunakan data selisih dari masing-masing kelompok dengan menggunakan uji independent sample t-test.Simpulan pada penelitian ini bahwa Penambahan Neuromuscular Tapping dan ultrasound lebih baik dari pada Ultrasoud saja untuk menurunkan nyeri Pada Kasus Fascitis plantaris
LPPM Universitas Abdurrab
2018-09-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/570
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 1 No 2 (2018): Agustus; 47-59
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/570/389
Copyright (c) 2018 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/917
2019-08-12T04:57:37Z
jif:ART
A A RETROSPECTIVE STUDY INJURIES IN SLEMAN BADMINTON PLAYERS
sari, nurwahida puspita
Background. Sports injury is a problem that arises in a person after doing physical activity or exercise both when exercise and match,it can happen suddenly and difficult to avoid. Sports injuries for a professional athlete can result in losing time following training and matches and decrease achievement. Therefore, information about sports injuries in badminton to avoid and minimize injury is needed. Purpose. To understand the demographics, investigate the types of injuries, and find out the 5 types of injuries that are most common in badminton players. Research methods. This study is a retrospective study with a survey method. Results. The results of this study show the demographics of badminton players in Sleman based on age dominated by 11-16 years old players as with 97 players (58%), for sex dominated by men with 101 players (60%), based on Body Mass Index (BMI) dominated normal in 117 players (68%). The most common type of injury that occurs is soft tissue injury consisting of bruising, strain, sprain, overstretch, and for hard tissue injury consisting of dislocation. Five most common badminton injuries in order are: shoulder overstretch, knee injury, ankle strain, tennis elbow and hamstring strain.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-02-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
text
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/917
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 1 (2019): Februari; 1-9
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/917/586
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/919
2019-08-12T04:57:37Z
jif:ART
PENGARUH PEMBERIAN BRISK WALKING UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN NIKOTIN PADA PEROKOK AKTIF
relida, nova
Latar Belakang. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. American Cancer Society menyatakan bahwa perokok adalah orang yang melakukan kegiatan membakar suatu substansi yang umumnya adalah tembakau, yang kemudian asapnya dihirup dan dirasakan. Nikotin merupakan zat yang sangat adiktif atau bisa menyebabkan ketergantungan. Nikotin mempengaruhi keseimbangan kimia pada otak, khususnya dopamine dan norepinephrine, cairan kimia otak yang mengendalikan rasa bahagia dan rileks. Ketika efek nikotin mulai bekerja, maka level mood dan konsentrasi pun akan berubah. Perubahan tersebut terjadi sangat cepat. Ketika seseorang menghisap rokok, nikotin akan langsung menuju ke otak dimana efeknya akan bekerja. Itulah mengapa perokok sangat menikmati efek dari nikotin dan menjadi ketergantungan terhadap efek tersebut. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penurunan ketergantungan nikotin pada perokok aktif, maka intervensi fisioterapi yang dapat diberikan adalah brisk walking. Metode Penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan experiment dengan desain penelitian pre and post test. Uji statistik yang digunakan adalah paired sample t-test untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dan melihat nilai out ratio masing-masing variabel yang akan saling mempengaruhi. Hasil. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh pemberian Brisk walking dengan nilai p=0.004, hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan ketergantungan nikotin.
Background. Cigarettes are packaged processed tobacco products, produced from the Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica plants and other species or synthetics that contain nicotine and tar with or without additives. other or synthetic substances containing nicotine and tar with or without additives. The American Cancer Society states that people who carry out substantial activities that emit tobacco, which are then immediately inhaled and accepted. Nicotine is a very addictive substance or can become dependent. Nicotine affects the chemical balance in the brain, specifically dopamine and norepinephrine, brain chemicals that control happiness and relax. Start the nicotine effect starts working, then the mood level and concentration will change. These changes occur very quickly. When someone smokes a cigarette, nicotine will go directly to the brain while the effect will work. That is why smokers really enjoy the effects of nicotine and become dependent on these effects. Purpose. This study was conducted to determine the limitations supported by active smokers, the physiotherapy intervention that can be given is a brisk walk. Research methods. The research conducted was an experiment with a pre and post test research design. The statistical test used is paired t-test sample to find out the relationship of each variable and see the exit value of each variable that will influence each other. Results. The results of this study indicate there is an implementation of the Fast Road Assistance with a value of p = 0.004, it can be concluded that it is a decrease in nicotine compatibility.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-02-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/919
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 1 (2019): Februari; 15-21
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/919/582
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/929
2019-08-12T04:57:37Z
jif:ART
PENGANTAR STUDI ISLAM DALAM BIDANG ILMU FISIOTERAPI
Sari, Dian Cita
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada permasalahan yang timbul dikalangan masyarakat, khususnya para pendidik yang masih belum mengetahui fisioterapi yang disebutkan di dalam Al-Quran dan hadits. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan berbasis analisis isi, yaitu analisis ilmiah tentang isi pesan. Metode ini menggunakan metode tafsir maudhu’i (kajian tafsir tematik) dari buku shahih Bukhari, shahih Sunan Tirmidzi, dan beberapa buku yang berkaitan dengan penjelasan hadits Rasulullah. Penjelasan makna dari beberapa ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah berdasarkan nilai kemampuan mufassir. Penyebutan tentang terapi Rasulullah di dalam Al-Quran dan hadits, menjelaskan bahwa ini adalah suatu yang penting dan berpengaruh untuk membentuk suksesi pendidikan dan perilaku hidup sehat muslim.
This research was conducted based on the problems that arise among the people, especially educators who still haven't learned physiotherapy that is mentioned in the Quran and Hadith. This research is a research-based analysis of the libraries of content, i.e. the scientific analysis of the content of the message. This method uses the maudhu'i method of tafsir (interpretation of thematic studies) from the book of Sahih Bukhari, Saheeh Sunan Tirmidhi, and several books related to the explanation of the hadeeth of the Prophet. Explanation of the meaning of some verses of the Koran and the Hadith of the Messenger of Allah based on the ability of exegetes. The mention about the therapy of the Messenger in the Koran and the Hadith, explaining that this was an important and influential to form a succession of education and healthy lifestyle behaviors.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-02-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/929
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 1 (2019): Februari; 35-38
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/929/590
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/930
2019-08-12T04:57:37Z
jif:ART
CASE STUDY APLIKASI NEUROMUSCULAR TAPING KASUS BELL’S PALSY PADA PENGALAMAN PRAKTEK FISIOTERAPI DI KLINIK KINETA SIDOARJO TAHUN 2018
Hargiani, Fransisca Xaveria
Latar Belakang. Bell's palsy adalah penyakit idiopatik, akut, dan perifer yang melibatkan saraf wajah yang mengganggu otot-otot ekspresi wajah. Bell's palsy biasanya datang dengan serangan tiba-tiba dan cepat, ditandai kelemahan wajah unilateral, seringkali dalam beberapa jam. Pasien juga dapat mengeluh ipsilateral sakit telinga, serta mati rasa di wajah. Tujuan. Penelitian ini ditujukan kepada pasien kondisi bell’s palsy untuk mengembalikan fungsi otot ekspresi wajah. Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada penderita bell’s palsy dalam mengatasi penurunan funsi pada otot ekspresi wajah dapat dilakukan dengan berbagai tindakan diantaranya dengan pemberian teknik Neuromuskuler Taping. Metode Penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan case study dengan desain penelitian pre and post test. Hasil. Hasil penelitian pada sampel I didapat perubahan perbaikan kemampuan fungsional wajah pada T0 nilai skor 23 dan pada T3 didapatkan skor 100. Pada sampel II didapat perubahan perbaikan kemampuan fungsional wajah pada T0 nilai skor 38 dan pada T6 didapatkan skor 100. Kemudian pada sampel III didapat perubahan perbaikan kemampuan fungsional wajah. Pada T0 nilai skor 50 dan pada T4 didapatkan skor 100.
Background. Bell's palsy is an idiopathic, acute, and peripheral disease that involves the facial nerve which secretes facial muscles. Bell's palsy usually comes with a sudden and rapid attack, marked by unilateral facial weakness, agreeing within a few hours. The patient can also win ipsilateral ear pain, as well as facial numbness. Purpose. This study discusses palsy bell patients to restore facial muscle function. Physiotherapy interventions that can be given to patients with bells in overcoming decreased muscle function in the facial muscles can be done with a variety of actions supported by the provision of Neuromuscular Taping techniques. Research methods. The research conducted is a case study with a pre and post test research design. Results. The results of the study on the sample I got facial functional improvements at T0 score of 23 and on T3 got a score of 100. In sample II got facial functional improvement on T0 score 38 and on T6 got a score of 100. Then in sample III there was a change in improvement in facial functional ability . At T0 the score is 50 and on T4 the score is 100.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-02-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/930
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 1 (2019): Februari; 10-14
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/930/603
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/931
2019-08-12T04:57:37Z
jif:ART
PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI FISIOTERAPI PADA KONDISI DISMENORE PRIMER DENGAN INTERVENSI STRETCHING DAN NEUROMUSKULAR TAPING TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA REMAJA PUTRI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI PEKANBARU
Ismaningsih, Ismaningsih
Herlina, Sara
Nurmaliza, Nurmaliza
Latar Belakang. Nyeri haid/dismenore adalah keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan hormon progesterone dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa nyeri. Sekitar 20-90 % kasus nyeri haid terjadi saat usia remaja dan berkaitan dengan pembatasan aktivitas fisik dan absen dari sekolah atau pekerjaan.Dismenore juga mengakibatkan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran bisa terganggu, konsentrasi menjadi menurun bahkan tidak ada sehingga materi yang diberikan selama pembelajaran yang berlangsug tidak bisa ditangkap oleh para remaja putri yang sedang mengalami dismenore. Oleh sebab itu dismenore pada remaja perlu mendapat perhatian sehingga memberikan penanganan yang tepat secara non farmakologis bisa diaplikasikan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pengukuran nilai nyeri siswi yang mengalami dismenore primer, maka intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada siswi yang mengalami dismenore primer yaitu dengan pemberian intervensi stretching dan neuromuskular taping. Metode Penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan experiment dengan desain penelitian pre and post test. Uji statistik yang digunakan adalah one sample t-test untuk mengetahui adanya pengaruh variabel. Hasil. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh pemberian stretching dan neuromuskular taping dengan nilai p=0.011 yang berarti < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan pengaruh penurunan nyeri setelah diberikan intervensi stretching dan neuromuskular taping.
Background. Menstrual pain / dysmenorrhea is a gynecological complaint due to an imbalance of the hormone progesterone in the blood resulting in pain. About 20-90% of cases of menstrual pain occur at the age of adolescence and are associated with restrictions on physical activity and absence from school or work.Dismenorrhea also causes learning activities in the learning process to be disrupted, concentration becomes decreased or even absent so that the material given during learning continues can not be captured by young women who are experiencing dysmenorrhea. Therefore dysmenorrhea in adolescents needs attention so that it can be applied appropriately in a non-pharmacological manner. Purpose. This study aims to improve the quality of life through measurement of the value of student pain that experiences primary dysmenorrhea, then physiotherapy interventions that can be given to students who experience primary dysmenorrhea are by giving stretching and neuromuscular taping interventions. Research methods. The research conducted was an experiment with a pre and post test research design. The statistical test used is one sample t-test to determine the effect of variables. Results. The results of this study indicate that there is an effect of stretching and neuromuscular taping with a value of p = 0.011 which means <0.05, it can be concluded that there is a difference in the effect of pain reduction after stretching and neuromuscular taping interventions are given.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-02-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/931
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 1 (2019): Februari; 22-26
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/931/589
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/932
2019-08-12T04:57:37Z
jif:ART
EFEK PEMBERIAN MASSAGE BAYI DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS TIDUR BAYI NORMAL USIA 0 – 6 BULAN
Muawanah, Siti
Tidur adalah salah satu kebutuhan bayi atau anak yang sama pentingnya dengan kebutuhan utama lainnya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tidur bayi adalah dengan Massage (sentuhan). Sentuhan pada kulit akan merangsang peredaran darah dan akan menambah energi gelombang oksigen yang lebih banyak dikirim ke otak sehingga memacu system sirkulasi dan respirasi menjadi lebih baik. Rasa nyaman dan rileks akibat massage akan meningkatkan kualitas tidur. Selain itu dapat meningkatkan produksi Asi, meningkatkan berat badan, meningkatkan daya tahan tubuh, pada bayi 0-6 bulan. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa massage mampu meningkatkan kualitas tidur bayi 0-6 bulan. Metode penelitian ini adalah Eksperimental murni dengan randomized pre-test and post- test group design. Dalam penelitian ini 10 responden dalam 1 kelompok diberi intervensi dengan massage bayi. Intervensi diberikan selama 1 bulan (3 kali dalam 1 minggu). Penelitian dilakukan dengan melihat perbedaan, sebelum dan sesudah, nilai kualitas tidur dan dievaluasi dengan menggunakan kusioner. Uji statistik Wilcoxon terhadap kualitas tidur dengan hasil yang signifikan menunjukkan nilai P = 0,005 dimana P< 0,05, berarti intervensi yang dilakukan terdapat peningkatan kualitas tidur pada bayi normal 0-6 bulan. Simpulan pada penelitian ini bahwa ada efek pemberian massage bayi terhadap kualitas tidur bayi normal 0-6 bulan.
Sleep is one of the needs of a baby or child that is as important as other primary needs. One way to fulfill your baby's sleep needs is by massage. Touch on the skin will stimulate blood circulation and will increase the oxygen wave energy that is more sent to the brain so that the circulation system and respiration spur better. Feeling comfortable and relaxed due to massage will improve sleep quality. In addition, it can increase the production of Asi, increase body weight, increase endurance, in infants 0-6 months. The purpose of this study is to prove that massage can improve the quality of sleep for babies 0-6 months. The method of this research is Experimental pure with randomized pre-test and post-test group design. In this study 10 respondents in 1 group were given intervention with infant massage. Interventions are given for 1 month (3 times in 1 week). The study was conducted by looking at differences, before and after, the value of sleep quality and evaluated using questionnaires. The Wilcoxon statistical test of sleep quality with significant results showed a P value = 0.005 where P <0.05, meaning that the intervention carried out had an increase in sleep quality in normal infants 0-6 months. The conclusion of this study is that there is the effect of giving baby massage to the sleep quality of normal infants 0-6 months.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-02-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/932
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 1 (2019): Februari; 27-34
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/932/588
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/974
2021-07-13T07:12:40Z
jif:ART
PENGARUH BABY GYM TERHADAP MOTORIK KASAR PADA ANAK DELAYED DEVELOPMENT USIA 3-12 BULAN DI POSYANDU MELATI PURBAYAN KOTAGEDE YOGYAKARTA
Zaidah, Lailatuz
Masa tumbuh kembang bayi merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seseorang yaitu pada usia 0-12 bulan. Dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang kembali.Penyimpangan tumbuh kembang harus dideteksi sejak dini terutama sebelum umur 3 tahun karena merupakan periode masa emas.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pengaruh baby gym terhadap Motorik Kasar pada Anak Delayed Development Usia 3-12 bulan di Posyandu Melati Purbayan Kotagede.Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental,di Posyandu Dusun kotagede Yogyakarta memiliki jumlah populasi 26 bayi dan setelah peneliti melakukan pemeriksaan terdapat 17 bayi yang berusia 3-12 bulan mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar.uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik statik paired sampel t-test. Bayi yang dianalisis menggunakan uji paired sample t-test, diperoleh nilai probabilitas (nilai p) sebesar 0,000. Nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), bahwa adanya pengaruh baby gym terhadap peningkatan kemampuan motorik kasar anak usia 3-12 bbulan.
LPPM Universitas Abdurrab
2020-02-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/974
10.36341/jif.v3i1.974
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 1 (2020): Februari; 8-14
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/974/742
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/975
2019-09-09T03:55:29Z
jif:ART
THE EFFECT OF TOWEL CURL EXERCISE ON IMPROVING BALANCE IN CHILDREN WITH FLAT FOOT AGES 4-5 YEARS
Zaidah, Lailatuz
ABSTRACT
The ability of children to be able to carry out physical activities in a coordinated way is needed to train flexibility, balance, and agility, in increasing these components a good balance is needed in each individual. Balance is a bodily function that is vital for humans as well as the five senses. In this case the balance is supported by the musculoskeletal system and the fulcrum. One of the factors that can cause impaired balance in children is flat foot, flat foot is a condition where the arch of the foot is not visible from birth and is covered in fat tissue. In general, arches form since the first 5 years with an age range of 2-6 years. The purpose of this study is to determine the effect of towel curl exercise in improving balance in children aged 4-5 years. The research method uses quasi experiment research with pre and post test research designs comparing the value of the Balace Sixteen Test (BST) before and after the intervention. The sample in this study consisted of 13 children with flat foot conditions who were given towel curl exercise for 6 weeks with an intensity of 2 times a week. The results of the paired sample t-test analysis with p = 0.001 (p <0.05) means that there is an effect of Towel Curl exercise on the balance of flat foot children aged 4-5 years
Keywords: Towel Curl Exercise, sixteen balance test, flat foot, balance
LPPM Universitas Abdurrab
2019-09-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/975
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 2 (2019): Agustus; 57-66
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/975/627
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/990
2020-08-19T04:59:00Z
jif:ART
HUBUNGAN USIA DAN DURASI LAMA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEMBATIK DIKAMPUNG BATIK GIRILOYO
Thr HUBUNGAN USIA DAN DURASI LAMA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEMBATIK DIKAMPUNG BATIK GIRILOYO
Triwulandari, Novia
Zaidah, Lailatuz
Latar belakang: Pembatik bekerja dengan posisi kerja dan sikap kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lebih dari 8 jam sehingga menyebabkan keluhan musculoskeletal pada bagian tangan, leher dan punggung. Dari hasil wawancara dan kuisioner 12 dari 20 pembatik mengeluhkan nyeri pada punggung bawahnya. Tujuan: Mengetahui hubungan usia dan durasi lama duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pembatik di Kampung Batik Giriloyo. Metode: Penelitian menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan case control dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan menggunakan uji statistik Chi-Square. Sampel dalam penelitian ini adalah pembatik di Kampung Batik Giriloyo yang berjumlah 54 pembatik pada kelompok kontrol dan 54 pembatik pada kelompok kasus. Hasil: Ada hubungan usia dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = 0,031 < 0,05 OR=9,217). Ada hubungan durasi lama duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = 0,027 < 0,05 OR = 2,125). Kesimpulan: Usia ≥ 30 tahun lebih beresiko 9 kali dari pada usia < 30 tahun. Durasi lama duduk ≥ 4 jam lebih beresiko 2 kali dari pada durasi lama duduk < 4 jam. Saran: Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri punggung bawah pada pembatik.
Background: Batik makers work with non-ergonomic work position and work attitude for more than 8 hours, causing musculoskeletal complaints on the hands, neck and back. From the results of interviews and questionnaires, 12 of 20 batik makers complained about pain in their lower back. Objective: The study aims to determine the correlation between age and duration of sitting and low back pain complaints in batik makers in Kampung Batik of Giriloyo. Method: The study employed analytic observation method with a case control approach and purposive sampling technique. The data analysis used Chi-Square statistical test. The sample in this study was batik makers in Kampung Batik of Giriloyo, totaling 54 batik makers of the control group and 54 batik makers in the case group. Result: There was a correlation between age and low back pain complaints (p = 0.031 <0.05 OR = 9.217). in addition, there was a correlation between duration of sitting and low back pain complaints (p = 0.027 <0.05 OR = 2.125). Conclusion: Age ≥ 30 years is 9 times more at risk than <30 years old. Duration of sitting ≥ 4 hours is 2 times more at risk than the duration of sitting <4 hours. Suggestion: Further researchers are expected to conduct research on other factors that can affect low back pain in batik makers.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-09-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/990
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 2 (2019): Agustus; 80-92
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/990/630
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/997
2019-09-09T03:55:29Z
jif:ART
Hubungan Pengetahuan Pada Siswa/i Kelas V Tentang Oral Hygiene Dan Pola Makan Terhadap karies gigi di SDN 99 Kecamatan Sukajadi Kecamatan Pekanbaru
Marlita, Lora
Monalisa, Monalisa
ABSTRAKKaries merupakan kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar kedentin (tulang gigi).Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan pada siswa/i kelas v tentang oral hygiene dan pola makan terhadap karies gigi di SDN 99 kecamatan sukajadi kota pekanbaru. Jenis desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat analitik yaitu jenis penelitian yang bertujuan mencari hubungan antara variabel independen dan dependen dengan pendekatan” Cross Sectional” yaitu variabel independen dan variabel dependen di ukur dalam waktu yang sama (Hidayat,2007). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas V SDN 99 Pekanbaru sebanyak 66 responden, sampel yang diambil menggunakan teknik total sampling yaitu keseluruhan dari populasi, dengan pengambilan data dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 29 responden (43,9%). Kesimpulan dari penelitian tersebut adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa/i kelas V tentang oral hygiene dan pola makan terhadap karies gigi di SDN 99 Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru. Disarankan kepada siswa/i kelas V untuk terus mencari informasi tentang karies gigi dan merubah kebiasaan yang tidak baik yang dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi. Kata kunci : Pengetahuan Oral Hygiene dan Pola Makan
LPPM Universitas Abdurrab
2019-09-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/997
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 2 (2019): Agustus; 51-56
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/997/626
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1000
2019-09-09T03:55:29Z
jif:ART
PERBEDAAN PENGARUH BRIDGING DAN QUADRUPED POSITION WITH LOWER EKSTREMITY LIFT EXERCISE DENGAN UNILATERAL BRIDGE DAN PRONE BRIDGE EXERCISE TERHADAP FUNGSIONAL BERDIRI PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI
Yulianti, Sari Tri
Latar Belakang: Cerebral Palsy (CP) adalah kondisi yang paling umum dari disabilitas fisik pada anak, yang disebabkan oleh kerusakan pada otak yang belum matur. CP spastik diplegi merupakan salah satu subtipe klinis CP yang sering terjadi dengan anggota gerak bawah lebih berat daripada anggota gerak atas. Berbagai metode telah digunakan untuk meningkatkan fungsional berdiri pada anak CP spastik diplegi, namun masih sedikit diketahui pengaruh latihan penguatan trunk terhadap fungsional berdiri pada anak CP spastik diplegi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan bridging dan quadruped position with lower extremity lift exercise dengan unilateral bridge dan prone bridge exercise pada fungsional berdiri anak CP spastik diplegi. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain pre dan post test pada 10 anak CP spastik diplegi, yang berusia 8 hingga 13 tahun. Sampel dikelompokan menjadi dua kelompok: (1) Kelompok perlakuan pertama yang diberikan bridging dan quadruped position with lower extremity lift exercise (kelompok 1), (2) Kelompok perlakuan kedua yang diberikan unilateral bridge dan prone bridge exercise (kelompok 2). Intervensi diberikan selama 6 minggu, 3 hari per minggu. Fungsional berdiri dinilai dengan menggunakan Gross Motor Function Measurement (GMFM). Hasil: Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada fungsional berdiri kelompok 1 (p=0,001) dan kelompok 2 (p=0,002), namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada fungsional berdiri antara kelompok 1 dan kelompok 2 (p=0,302). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pengaruh antara pemberian bridging dan quadruped position with lower extremity lift exercise dengan unilateral bridge dan prone bridge exercise dalam meningkatkan fungsional berdiri anak cerebral palsy spastik diplegi.
Background: Cerebral Palsy (CP) is the most common form of physical disability in childhood, it caused by a static lession in the immature brain. CP spastic diplegic is one of the most common clinical subtypes of CP that lower limbs are more severely affected than the upper limbs. Different methods have been used to improve standing function in children with CP spasic diplegic, but still little is known regarding the effect of trunk strengthening exercise on standing function in children with CP spastic diplegic. This study aims to compare the effect of bridging and quadruped position with lower extremity lift exercise versus unilateral bridge and prone bridge exercise on standing function in children with CP spastic diplegic. Methods: An experimental study with pre and post test design on 10 children with CP spastic diplegic, ages 8 to 13 years. The children were divided into 2 groups: (1) group treated with bridging and quadruped position with lower extremity lift exercise (Group-1), (2) group treated with unilateral bridge and prone bridge exercise (Group-2). The treatments were given for 6 weeks, 3 days per week. Standing function was measured by Gross Motor Function Measurement (GMFM). Results: The result showed that there were significant differences on standing function in Group-1 (p=0,001) and Group-2 (p=0,002), but there were no significant differences on standing function between Group-1 and Group-2 (p=0,302). Conclusion: There were no differences between the group treated with bridging & quadruped position with lower extremity lift exercise and group treated with unilateral bridge & prone bridge exercise on standing function in children with CP spastic diplegic.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-09-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1000
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 2 (2019): Agustus; 67-80
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1000/629
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1002
2019-09-09T03:55:29Z
jif:ART
PENGARUH LAMA DUDUK TERHADAP KASUS LOW BACK PAIN MYOGENIK DENGAN MODALITAS INFRARED DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE PADA SISWA MADRASAH ALIYAH DI PEKANBARU
Ismaningsih, Ismaningsih
Zein, Renni Hidayati
Sari, Dian Cita
Bacground. Low Back Pain Myogenic is a condition in which there is excessive muscle contraction in the lower back due to contraction or repetitive muscle use so that muscle tension.Purpose: The objective of this study is to investigate the differences between the effects of William Flexion Exercise and Infrared on sitdown activity student’s of MAN 2 Pekanbaru. Research Method: The study used experimental pre-test and post-test with two group designs. The research samples were 20 students taken through simple random sampling. The samples were divided into two groups. Group A was given William Flexion Exercise while group B was given Infrared.Result: There is no difference between the effect of William Flexion Exercise and Infrared on sitdown activity student’s. Suggestion: The other researchers are expected to conduct similar researches with longer research period.
Latar Belakang. Low Back Pain Myogenic adalah suatu kondisi dimana terjadi adanya kontraksi otot yang berlebih pada punggung bawah karena kontraksi atau penggunaan otot yang berulang-ulang sehingga otot mengalami ketegangan. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh William flexion exercise dengan Infrared terhadap aktivitas lama duduk siswa Man 2 Pekanbaru. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini experimental pre test and post test two group design, 20 orang siswa menjadi sampel dengan simple random sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A mendapatkan perlakuan William flexion exercise, kelompok B mendapatkan perlakuan Infrared. Hasil Penelitian: Tidak ada perbedaan pengaruh William flexion exercise dengan Infrared terhadap aktivitas duduk siswa. Saran: Penelitian selanjutnya untuk menambah waktu penelitian.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-09-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1002
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 2 (2019): Agustus; 39-43
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1002/623
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1009
2019-09-09T03:55:29Z
jif:ART
PENGARUH PEMAHAMAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK
Permata, Ayu
Yulita, Nova
Juwita, Sellia
One of the tasks of parents is to educate children from an early age both in terms of morals, religion, prepare children able to deal with various situations, and educate children to grow and develop optimally. Optimal growth and development in children is the hope of every parent. Achieving optimal growth and development depends on biological potential, the level of achievement of one's biological potential is the result of the interaction of interrelated factors namely genetic, environmental and periaku factors. Toddlers who experience developmental disorders, both fine and rough motor development, hearing loss, lack of intelligence and speech delay. Knowledge and the role of the mother is very beneficial for the overall child development process because parents can immediately recognize the advantages of the child's development process as early as possible separately to be able to provide stimulation to the child's overall growth and development in physical, mental, and social aspects. An understanding of children's growth and development for parents can encourage to develop and learn information in determining educational steps taken to cope with certain situations at the stage of child growth and development. Knowledge about children's growth and development for parents, teachers, and professionals can help to provide educational services optimally. This type of research is field research (field research). The research was carried out on May 7 - June 30, 2018 in Posyandu Dahlia, Aliantan Village, Kabun District, Rokan Hulu Regency, Riau Province. Respondents of this activity are 40 mothers with children ranging in age from 2 months to 5 years in the Dahlia Posyandu, Kabun District, Rokan Hulu Regency, Riau Province. The method that will be used in this research is to use quantitative analysis research methods, namely using in-depth data analysis in the form of data collection methods based on the Questionnaire Method (Questionnaire). The purpose of this research activity is to determine the level of understanding of mothers about the stages of motor development of toddlers at this time and the stages of motor development of toddlers in general. The results of the study are that 40% of mothers do not understand enough about the stages of motor development of children. Based on the results of a survey of respondents, it was found that the respondent conducted a routine examination of the child's growth and development in Posyandu / Hospital routinely, according to the respondents who understood the stages of the child's motor development, but based on the results of the questionnaire assessment of the mother's understanding of the child's motor development stage mother who understands the stage of development of a child's mtoroik. The respondent group needed regular counseling twice a week with guidance from the officers.
Salah satu tugas orangtua adalah mendidik anak sejak dini baik dalam hal akhlak, agama, mempersiapkana anak mampu menghadapi berbagai situasi, serta mendidik anak untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal. Pertumbuhan dan perkembangan optimal pada anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis, tingkat tercapainya potensi biologis seseorang merupakan hasil interaksi dari faktor yang saling berkaitan yaitu faktor genetik, lingkungan dan periaku. Balita yang mengalami ganguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses perkembangan anak sedini mungkin utnuk dapat memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Pemahaman tentang tumbuh kembang anak bagi orangtua dapat mendorong untuk mengembangkan dan mempelajari informasi dalam menetapkan langkah-langkah edukasi yang diambil untuk menanggulangi situasi tertentu pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan tentang tumbuh kembang anak bagi orang tua, para guru, dan para profesional dapat membantu untuk memberi pelayanan edukasi secara optimal. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field ressearch). Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Mei – 30 Juni 2018 di Posyandu Dahlia, Desa Aliantan, Kecamatan Kabun, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Responden kegiatan ini yaitu 40 orang ibu mempunyai anak dengan rentang usia 2 bulan – 5 tahun di lingkungan Posyandu Dahlia, Kecamatan Kabun, Kabupaten Rokan Hulu,Provinsi, Riau. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian analisis kuantitatif, yaitu menggunakan analisis data secara mendalam dalam bentuk angka dengan metode pengumpulan data berdasarkan Metode Angket (Kuesioner). Tujuan kegiatan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu tentang tahap perkembangan motorik anak balitanya saat ini dan tahap perkembangan motorik anak balita secara umum. Hasil penelitian yaitu 40 % ibu belum cukup memahami tentang tahap perkembangan motorik anak. Berdasarkan hasil survey terhadap responden didapatkan bahwa responden melakukan pemeriksanan melakukan pemeriksaan pertumubuhan dan perkembangan anak secara rutin di Posyandu / RS secara rutin, menurut responden telah memahami tahap perkembangan motorik anak, namun berdasarkan hasil penilaian kuisioner terjadap pemahaman ibu tentang tahap perkembangan motorik anak hanya 60% ibu yang memahami tahap perkembangan mtoroik anak. Kelompok responden membutuhkan penyuluhan rutin 2 kali seminggu dengan pandampingan dari petugas.
LPPM Universitas Abdurrab
2019-09-06
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1009
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 2 No 2 (2019): Agustus; 44-49
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1009/624
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1085
2021-07-13T07:12:36Z
jif:ART
Hubungan Lama Bed Rest terhadap Fungsi Kognitif Pada Pasien Lanjut Usia
Prabowo, Eko
Agustiyawan, Agustiyawan
Pendahuluan : Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun (2017) terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh persen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan bed rest terhadap fungsi kognitif lansia
Metode : Penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode penelitian cross sectional yang dirancangan untunk mengetahui hubungan bed rest terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia. Penelitian ini dilakukakn di PSTW Budi Mulia 4 Jakarta . Sampel yang digunakan sesuai kriteria inklusi dan ekslusi
Hasil : sampel yang diperoleh berjumlah 18 orang. Dilakukan uji analisis univariat dan bivariat. Data berdistribusi tidak normal. Hasil uji spearmen dengan nilai p = 0,000 berarti p<0,005 maka ada hubungan bed rest terhadap fungsi kogniti lansia
Kesimpulan : Penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan Bed Rest terhadap fungsi kognitif lansia.
LPPM Universitas Abdurrab
2020-02-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1085
10.36341/jif.v3i1.1085
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 1 (2020): Februari; 25-27
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1085/746
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1143
2021-07-13T07:12:43Z
jif:ART
ANALISIS LAYANAN FISIOTERAPI DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS WILAYAH DKI JAKARTA
ANALISIS LAYANAN FISIOTERAPI DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS WILAYAH DKI JAKARTA
Syafitri, Putri Karina
Permanasari, Vetty Yulianty
The increase in NCD’s such as hypertension, stroke, diabetes mellitus, joint disease, lack of physical activity, injury, and disability in line with the increasing need for physiotherapy services in health facilities including in Community Health Centers. The role of physiotherapist in the Community Health Centers according to Permenkes No. 65 of 2015 is to carry out activities in the form of promotive and preventive without prejudice to curative and rehabilitative. The purpose of this study is to analyze physiotherapy services at the Community Health Centers using a system approach seen through 5 levels prevention measures namely are health promotion, specific protection, early diagnosis and prompt treatment, disability limitation and rehabilitation efforts at 6 Puskesmas in DKI Jakarta. This study uses qualitative research methods through a phenomenological approach. The results of this study obtained a depth-overview of the efforts of health services at the Physiotherapy Services, namely the provision of medical services is preferred over promotive and preventive efforts. Physiotherapy services at the Puskesmas have been regulated in the Decree of the Puskesmas Head by referring to Permenkes No. 75 of 2014. Public health activities in collaboration with the Physiotherapy Services at the Puskesmas are only carried out by 3 Puskesmas and some of them only conduct individual services. This study recommends that adding 1 physiotherapist HR to be able help physiotherapy services outside the building and physiotherapy organizations can create specialized public health training to support physiotherapy competencies.
Keywords: Community Health Centers, Physiotherapy services, Five levels prevention
Meningkatnya penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, diabetes melitus, penyakit sendi, aktivitas fisik kurang, cedera, dan disabilitas sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan layanan fisioterapi di sarana kesehatan termasuk Puskesmas. Peran dan fungsi fisioterapis di Puskesmas menurut Permenkes No. 65 tahun 2015 yaitu melakukan kegiatan berupa promotif dan preventif tanpa mengesampingkan kuratif dan rehabilitatif. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis layanan fisioterapi di Puskesmas menggunakan pendekatan sistem dilihat melalui lima tingkatan upaya preventif yaitu health promotion, spesific protection, early diagnosis and prompt treatment, disability limitation dan rehabilitation di enam Puskesmas wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Hasil dari penelitian ini didapatkan gambaran mendalam mengenai upaya pelayanan kesehatan pada layanan fisioterapi di Puskesmas yaitu pemberian pelayanan pengobatan lebih diutamakan dibandingkan upaya promotif dan preventif. Pelayanan fisioterapi di Puskesmas sudah diatur dalam SK Kepala Puskesmas dengan mengacu pada Permenkes No. 75 tahun 2014. Kegiatan kesehatan masyarakat yang bekerjasama dengan layanan fisioterapi di Puskesmas hanya dilakukan oleh 3 Puskesmas dan sebagiannya hanya melakukan pelayanan perseorangan saja. Penelitian ini merekomendasikan agar menambahkan 1 (satu) SDM Fisioterapis lagi agar dapat membantu pelayanan fisioterapi di luar gedung dan organisasi fisioterapi dapat membuat pelatihan khusus kesehatan masyarakat untuk mendukung kompetensi fisioterapi.
Kata kunci : Layanan Fisioterapi, Puskesmas, Lima Tingkatan Upaya Preventif
LPPM Universitas Abdurrab
2020-02-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1143
10.36341/jif.v3i1.1143
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 1 (2020): Februari; 1-7
2620-6773
2620-5777
eng
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1143/740
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1226
2021-07-13T07:12:42Z
jif:ART
APLIKASI NEUROMUSCULAR TAPING PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM UNTUK MENGURANGI NYERI
Permata, Ayu
Ismaningsih, Ismaningsih
Background: Carpal tunnel syndrome (CTS) is a collection of symptoms and signs of disease caused by squeezing of the median nerve in the carpal tunnel in the wrist. This CTS condition is one of the most common types of neuropathy. This syndrome arises with symptoms of pain, numbness, and weakness in the hands due to compression of the median nerve. Carpal tunnel syndrome is a syndrome associated with repetitive motion and a fixed position for a long duration so that it affects the blood supply to the hands and causes pain. Objective: This research is aimed at sufferers of Carpal Tunnel Syndrome condition to reduce pain. Physiotherapy interventions given in CTS conditions, namely pain reduction that can be done with various actions including by providing Neuromuscular Taping technique. Research Method: Case study with pre and post test research design that compares the level of pain values before and after which is measured by measuring instruments Visual Analogue Scale (VAS) for the administration of Neuromuscular Taping intervention in the condition of carpal tunnel syndrome for 3 weeks. Results: Analysis of the different values of pain tests with VAS in the sample group with a significance value of 0.006 which shows <0.05 which means there is an influence of giving Neruromusculer taping to changes in the VAS pain level in patients with Carpal Tunnel Syndrome.
Latar Belakang: Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit yang disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di terowongan karpal pada pergelangan tangan. Kondisi CTS ini merupakan salah satu jenis neuropati yang paling sering terjadi. Sindrom ini timbul dengan gejala nyeri, baal, dan kelemahan pada tangan akibat penekanan nervus medianus. Carpal tunnel syndrome merupakan suatu syndrome yang berhubungan dengan gerakan yang berulang (repetitive motion) dan posisi yang menetap pada durasi yang lama sehingga memperngaruhi suplai darah ke tangan dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan: Penelitian ini ditujukan kepada penderita kondisi Carpal Tunnel Syndrom untuk mengurangi nyeri. Intervensi fisioterapi yang diberikan pada kondisi CTS yaitu penurunan nyeri yang dapat dilakukan dengan berbagai tindakan diantaranya dengan pemberian teknik Neuromuskuler Taping Metode Penelitian: Case study dengan desain penelitian pre and post test yaitu membandingkan antara tingkat nilai nyeri sebelum dan sesudah yang diukur dengan alat ukur Visual Analogue Scale (VAS) terhadap pemberian intervensi Neuromuskuler Taping pada kondisi carpal tunnel syndrome selama 3 mingggu. Hasil: Analisa uji beda nilai nyeri dengan VAS pada kelompok sampel dengan nilai signifikasi yaitu 0,006 yang menunjukkan < 0.05yang bermakna ada pengaruh pemberian Neruromusculer taping terhadap perubahan tingkat nyeri VAS penderita Carpal Tunnel Syndrom.
LPPM Universitas Abdurrab
2020-02-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1226
10.36341/jif.v3i1.1226
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 1 (2020): Februari; 12-17
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1226/743
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1227
2021-07-13T07:12:34Z
jif:ART
PENGARUH HIPPOTHERAPY TERHADAP PENINGKATAN KONTROL POSTUR ANAK DENGAN KONDISI CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI
Yulianti, Sari Tri
ABSTRACT
Background: Cerebral palsy (CP) refers to a group of disorders of the development of movement and posture that are attributed to a non-progressive lesion that occurs in the immature brain. Children with CP have various degrees of impairment of postural control which can limit physical activity and participation in daily life. Clinical observations have suggested that hippotherapy may be an effective strategy for habilitating postural control deficits in children with CP spastic diplegic. However, there is limited research to support this notion. This case study aimed to investigate the effects of hippotherapy on postural control in children with CP spastic diplegic. Methods: Single case study with pre and post test design of a girl with CP spastic diplegic aged 19 years. A hippotherapy protocol was performed for 45 minutes, twice a week, for 3 weeks. Each hippotherapy session consisted stretching, strengthening, and balance activities. Posture Assesment Scale, a criterion-referenced observational measure designed to measure change in the postural control in children with CP spastic diplegic, was chosen as the assessment tool. Results: Upon completion of the 3-week intervention, there was improvement scores in posture assesment scale. The results showed that there was difference score of posture assesment scale on pre hippotherapy (T0=7) and post hippotherapy (T6=9). Conclusion: The results of this study demonstrate that hippotherapy can improve postural control in children with CP spastic diplegic.
ABSTRAK
Latar Belakang: Cerebral Palsy (CP) merupakan suatu kelompok gangguan perkembangan gerak dan postur yang diakibatkan oleh lesi yang bersifat non progresif yang terjadi pada saat otak belum matur. Anak dengan kondisi CP memiliki berbagai derajat gangguan kontrol postur yang dapat menyebabkan keterbatasan aktifitas fisik dan partisipasi dalam kehidupan sehari-hari. Observasi klinis menunjukkan bahwa hippotherapy merupakan strategi yang efektif untuk memperbaiki gangguan kontrol postur pada anak dengan kondisi CP spastik diplegi. Namun, penelitian masih terbatas untuk mendukung hasil tersebut. Studi kasus ini bertujuan untuk melihat pengaruh hippotherapy terhadap kontrol postur pada anak dengan kondisi CP spastik diplegi. Metode: Studi kasus tunggal dengan desain pre dan post test pada anak perempuan dengan kondisi CP spastik diplegi yang berusia 19 tahun. Protokol hippotherapy dilakukan selama 45 menit, dua kali seminggu, selama 3 minggu. Setiap sesi hippotherapy terdiri dari aktifitas stretching, strengthening, dan keseimbangan. Posture assesment scale, adalah sebuah pengukuran dengan teknik observasi berdasarkan kriteria tertentu yang dirancang untuk mengukur perubahan pada kontrol postur anak dengan kondisi CP spastik diplegi, dipilih sebagai alat pemeriksaan. Hasil: Setelah melakukan intervensi selama 3 minggu, terdapat peningkatan skor pada posture assesment scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor posture assesment scale pada pre hippotherapy (T0=7) dan post hippotherapy (T6=9). Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hippotherapy dapat meningkatkan kontrol postur anak dengan kondisi CP spastik diplegi.
LPPM Universitas Abdurrab
2020-02-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1227
10.36341/jif.v3i1.1227
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 1 (2020): Februari; 28-34
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1227/747
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1228
2021-07-13T07:12:38Z
jif:ART
PENGARUH PEMBERIAN SENAM KEGEL UNTUK MENURUNKAN DERAJAT INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA
Relida, Nova
Ilona, Yulia Tetra
Background. Urinary incontinence by the international continents society (ICS) defines it as a condition in which uncontrolled urine output is a social or hygienic problem in the elderly and can be proven objectively. Purpose. This study aimed at patients with urinary incontinence to improve pelvic floor muscles. Physiotherapy interventions that can be given to patients with urinary incontinence in dealing with decreased function in the pelvic floor muscles can be done with a variety of actions including the administration of Kegel exercises. Research methods. The research conducted is a case study with a pre and post test research design. Results. The results of the study in sample I obtained changes in improvement in pelvic floor muscle described by changes in the scale of RUIS at T0 score value of 15 and at score T12 obtained score 10. In sample II obtained changes in improvement at T0 score value 13 and at T12 score obtained 10. Then in the sample III obtained changes in improvement. At T0 the score of 15 and at T12 obtained a score of 9.
Latar Belakang. Inkontinensia urin oleh international continence society (ICS) mendefinisikan sebagai suatu kondisi dimana keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan yang menjadi masalah sosial atau hegienis pada lansia dan dapat dibuktikan secara objektif. Tujuan. Penelitian ini ditujukan kepada pasien kondisi inkontinensia urin untuk meningkatkan otot dasar panggul. Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada penderita inkontinensia urin dalam mengatasi penurunan fungsi pada otot dasar panggul dapat dilakukan dengan berbagai tindakan diantaranya dengan pemberian teknik senam kegel. Metode Penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan case study dengan desain penelitian pre and post test. Hasil. Hasil penelitian pada sampel I didapat perubahan perbaikan peningkatan otot dasar panggul digambarkan dengan perubahan skala RUIS pada T0 nilai skor 15 dan pada T12 didapatkan skor 10. Pada sampel II didapat perubahan perbaikan pada T0 nilai skor 13 dan pada T12 didapatkan skor 10. Kemudian pada sampel III didapat perubahan perbaikan. Pada T0 nilai skor 15 dan pada T12 didapatkan skor 9.
LPPM Universitas Abdurrab
2020-02-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1228
10.36341/jif.v3i1.1228
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 1 (2020): Februari; 18-24
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1228/744
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF)
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1314
2021-07-13T07:12:28Z
jif:ART
Pengaruh Aerobic Exercise Untuk Meningkatkan Upper Body Strength Pada Calon Jamaah Umrah
Pengaruh Aerobic Exercise Untuk Meningkatkan Upper Body Strength Pada Calon Jamaah Umrah
Tiyawan, Agus
Amelya, Dzakyah
ABSTRAK
Latar Belakang: Jamaah umrah Indonesia mayoritas dilakukan oleh usia dewasa dan lanjut usia. Bertambahnya usia seseorang akan menyebabkan penurunan fungsi sel-sel tubuh yang dapat mengakibatkan penurunan kebugaran fisik salah satunya kekuatan otot. Kekuatan otot tubuh bagian atas dapat berpengaruh terhadap aktivitas fungsional. Untuk mencapai kekuatan otot yang baik maka diperlukan latihan berupa aerobic exercise. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aerobic exercise untuk meningkatkan upper body strength pada calon jamaah umrah. Metode penelitian ini menggunakan metode randomized one grup pre-post test yaitu untuk mencari perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan latihan aerobik selama 3 minggu dan pengukuran upper body strength menggunakan curl up test. Pengambilan sampel didapatkan sebanyak 20 orang dari calon jamaah umrah KBIH Al-Ikhlas yang diambil secara acak sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data diolah dan dianalisa dengan aplikasi software SPSS 24. Hasil: Analisa uji Wilcoxon dengan hasil p=0,000 yang menunjukkan p<0,05 dapat dinyatakan adanya pengaruh aerobic exercise terhadap upper body strength pada calon jamaah umrah.
Kata Kunci: Aerobic Exercise, Upper Body Strength, Calon Jamaah Umrah Lansia
LPPM Universitas Abdurrab
2020-08-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1314
10.36341/jif.v3i2.1314
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF); 24-29
2620-6773
2620-5777
eng
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1314/867
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1379
2021-07-13T07:12:32Z
jif:ART
Closed Kinetic Chain Exercise efektif Dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Osteoartritis Lutut
Closed Kinetic Chain Exercise efektif Dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Osteoartritis Lutut
Djawas, Faizah Abdullah
Isna, Wafa Rahmalillah
Latar Belakang : Osteoartritis (OA) lutut merupakan suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan ( kartilago ) yang akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, adanya abrasi tulang rawan sendi dan pembentukan osteofit pada permukaan sendi yang menimbulkan gejala berupa kekakuan, nyeri, dan pembatasan gerakan pada sendi lutut. Terapi latihan closed kinetic chain exercise (CKCE) umumnya memberikan manfaat dalam mengurangi keluhan yang diperkirakan mampu meningkatkan kemampuan fungsional pasien dalam melakukan aktivitas secara optimal. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode latihan closed kinetic chain exercise (CKCE) pada kasus osteoartritis lutut. Metode : Studi kasus tunggal, dengan memberikan intervensi fisioterapi pada seorang wanita 72 tahun dengan diagnosis OA lutut. CKCE berupa gerakan mini squatt, QSE, dan step up and step down diberikan selama 2 minggu dengan 4 kali evaluasi. Penilaian intensitas nyeri menggunakan VAS, penilaian lingkup gerak sendi (LGS) menggunakan goniometer, penilaian kekuatan otot menggunakan MMT, serta untuk menilai perkembangan fungsional pasien dilakukan pengukuran menggunakan parameter WOMAC. Hasil : Terdapat penurunan nilai VAS nyeri gerak diakhir sesi terapi dari VAS 3 menjadi VAS 1, penurunan nilai VAS nyeri tekan dari VAS 2 menjadi VAS 1, terdapat peningkatan LGS lutut gerak fleksi 1200menjadi 1250, terdapat peningkatan MMT dari 4 menjadi 5 yang dikaitkan dengan skor WOMAC dari nilai 37 menjadi 26, yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap kemampuan fungsional pasien sebanyak 20% Kesimpulan : Studi ini menunjukan bahwa metode terapi latihan closed kinetic chain exercise (CKCE) dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada osteoartritis lutut yang diukur menggunakan parameter WOMAC.
Background: Osteoarthritis (OA) of the knee is a chronic joint disease that is characterized by abnormalities in the cartilage which will result in bones rubbing against each other, abrasion of joint cartilage and formation of osteophytes on the surface of the joints that cause symptoms such as stiffness, pain, and limitation of movement to the knee joint. Closed kinetic chain exercise (CKCE) exercise therapy generally provides benefits in reducing complaints that are expected to improve the patient's functional ability to perform activities optimally. The purpose of this study is to determine the effectiveness of closed kinetic chain exercise (CKCE) exercise methods in cases of knee osteoarthritis. Methods: A single case study, providing physiotherapy interventions for a 72-year-old woman with a diagnosis of knee OA. CKCE in the form of mini squatt movements, QSE, and step up and step down is given for 2 weeks with 4 evaluations. Pain intensity assessment using VAS, joint range of motion (ROM) assessment using goniometer, muscle strength assessment using MMT, and to assess patient functional development were measured using WOMAC parameters. Results: There was a decrease in the value of motion pain VAS at the end of the therapy session from VAS 3 to VAS 1, a decrease in pressure pain VAS value from VAS 2 to VAS 1, there was an increase in knee flexion ROM 1200 to 1250, there was an increase in MMT from 4 to 5 which was associated with WOMAC score from 37 to 26, which shows that there is an increase in the patient's functional ability by 20% Conclusion: This study shows that the closed kinetic chain exercise (CKCE) exercise therapy method can improve functional ability in knee osteoarthritis as measured using WOMAC parameters.
LPPM Universitas Abdurrab
2020-08-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1379
10.36341/jif.v3i2.1379
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF); 1-7
2620-6773
2620-5777
eng
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1379/864
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1397
2021-07-13T07:12:29Z
jif:ART
Hold Relax dan Passive Stretching Efektif Dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Pasien Post-Gips Fracture Tibial Plateau Dextra
Mumtazah, Nizatul
Djawas, Faizah Abdullah
Background: Tibial plateau fracture is one type of fracture that usually occur in legs. Tibial Plateau fracture usually occur because of high energy trauma that produced by the force of varus and valgus and also because of axial loading or because of the pedestrian that crashed by the car with high energy which can also called as fracture bumber. The purpose of this case study is to examine the effectiveness of hold relax and passive stretching in tibial plateau fracture. Method: A single case study, providing physiotherapy interventions for a 44 year old woman with a diagnosis of a tibial plateau post-cast fracture. Hold-relax stretching is a technique in which shortened antagonistic muscle groups are isometrically contracted against the optimal resistance given by the physiotherapist. Passive stretching is a method for extending the contractile or non-contractile components of the musculotendinoeus unit where force is exerted externally and given manually. Hold relax and passive stretching are given for 2 weeks with 5 evaluations. ROM assessment was measured by a goniometer and spasm by palpation. Result: There is an increase in LGS knee flexion 90ᴼ to 110ᴼ and decrease in spasm which associated with an improvement LEFS score from 17 to 44, indicates that there is an increase in the functional ability of lower extremity. Conclusion: This study shows that the method of therapeutic exercise with hold relax and passive stretching can improve functional ability in tibial plateau fracture which is measured using LEFS parameters.
Latar Belakang: Fraktur pada tibial plateau merupakan salah satu jenis fraktur pada kaki yang sering terjadi. Fraktur Tibial Plateu biasanya terjadi karena trauma dengan energi tinggi, biasanya dihasilkan oleh kekuatan varus atau valgus ditambah dengan pembebanan aksial atau juga pejalan kaki yang ditabrak mobil dengan energi tinggi atau bisa disebut dengan fracture bumper. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari dua intervensi yaitu hold relax dan passive stretching pada kasus fracture tibial plateau. Metode: Studi kasus tunggal, dengan memberikan intervensi fisioterapi pada seorang wanita 44 tahun dengan diagnosa post-gips fracture tibial plateau. Hold-relax stretching merupakan suatu tehnik dimana group otot antagonis yang memendek dikontraksikan secara isometrik dengan melawan tahanan optimal yang diberikan fisioterapis. Passive stretching adalah metode untuk memperpanjang komponen kontraktil atau nonkontraktil dari unit musculotendinoeus dimana gaya yang diberikan dari luar dan diberikan secara manual. Hold relax dan passive stretching diberikan selama 2 minggu dengan 4 kali evaluasi. Penilaian ROM diukur dengan goniometer dan spasme dengan palpasi. Hasil: Terdapat peningkatan LGS lutut gerak fleksi 90ᴼ menjadi 110ᴼ serta penurunan spasme dikaitkan dengan skor LEFS dari nilai 17 menjadi 44, yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan fungsional lower extremity pasien. Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa metode terapi latihan dengan hold relax dan passive stretching dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada fracture tibial plateau yang diukur menggunakan parameter LEFS.
LPPM Universitas Abdurrab
2020-08-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1397
10.36341/jif.v3i2.1397
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF); 16-23
2620-6773
2620-5777
eng
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1397/866
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1398
2021-07-13T07:12:30Z
jif:ART
Pengaruh Aerobic Exercise Untuk Meningkatkan Fleksibilitas Hamstring Pada Calon Jamaah Umrah Kbih Al-Ikhlas Jakarta
Pengaruh Aerobic Exercise Untuk Meningkatkan Fleksibilitas Hamstring Pada Calon Jamaah Umrah Kbih Al-Ikhlas Jakarta
Tiyawan, Agus
Hendrawan, Nala Tsaniyah
ABSTRAK
Latar Belakang: Ibadah umrah biasanya dilakukan oleh sebagian besar umat islam yang berusia 50 tahun lebih atau lansia. Seiring bertambahnya usia akan mengalami penurunan fleksibilitas yang dapat mengganggu kegiatan selama ibadah umrah. Tujuan: Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aerobic exercise untuk meningkatkan fleksibilitas hamstring pada calon jamaah umrah KBIH Al-Ikhlas Jakarta. Metode: Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen randomized one group pre and post test. Penelitian ini dilakukan di KBIH Al-Ikhlas Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang yang diambil secara acak sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Latihan yang diberikan berupa aerobic exercise dengan brisk walking dan pengukuran fleksibilitas hamstring diukur dengan sit and reach test. Data diolah dan dianalisa dengan aplikasi software SPSS 16. Hasil: Diperoleh dengan software SPSS 16 data berdistribusi normal dan bersifat homogen. Hasil uji hipotesis didapatkan dengan p = 0,000 berarti p<0,05 maka terdapat pengaruh aerobic exercise untuk meningkatkan fleksibilitas hamstring pada calon jamaah umrah KBIH Al-Ikhlas Jakarta. Kesimpulan: Yang didapat dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh aerobic exercise untuk meningkatkan fleksibilitas hamstring pada calon jamaah umrah KBIH Al-Ikhlas Jakarta.
ABSTRACT
Background: Umrah worship is usually performed by most Muslims aged 50 years or older. As you age you will experience a decrease in flexibility that can interfere with activities during the Umrah. Objective: This study aims to determine the effect of aerobic exercise to increase hamstring flexibility in prospective Umrah KBIH Al-Ikhlas Jakarta pilgrims. Method: In this study using a randomized one group pre and post test experimental method. This research was conducted at KBIH Al-Ikhlas Jakarta with a total sample of 20 people taken at random according to inclusion and exclusion criteria. The training provided in the form of aerobic exercise with brisk walking and measurement of hamstring flexibility is measured by sit and reach test. Data were processed and analyzed with SPSS 16 software applications. Results: Obtained with SPSS 16 software data that is normally distributed and homogeneous. Hypothesis test results obtained with p = 0,000 means p <0.05 then there is the effect of aerobic exercise to increase the flexibility of hamstring on the pilgrims ummah pilgrims KBIH Al-Ikhlas Jakarta. Conclusion: What can be obtained from this study is that there is an effect of aerobic exercise to increase hamstring flexibility in prospective pilgrims from KBIH Al-Ikhlas Jakarta.
Keywords: Aerobic Exercise, Hamstring Flexibility, Elderly Umrah Candidates
LPPM Universitas Abdurrab
2020-08-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1398
10.36341/jif.v3i2.1398
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF); 8-15
2620-6773
2620-5777
eng
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1398/865
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1420
2021-07-13T07:12:20Z
jif:ART
Pengaruh Plyometric Exercise Terhadap Respiratory Rate Pada Pemain Bola Voli Universitas Mercu Buana
Pengaruh Plyometric Exercise Terhadap Respiratory Rate Pada Pemain Bola Voli Universitas Mercu Buana
Condrowati, Condrowati
Wibisono, Heri
Pendahuluan: Plyometric exercise merupakan latihan dasar yang mempunyai karakteristik peregangan otot dan tendon kemudian segera diikuti oleh pemendekan. Latihan ini meningkatkan elastisitas muscle fiber dan jaringan penghubung sehingga dicapai tujuan untuk meningkatkan kecepatan, stabilitas, kekuatan, ketahanan kardiorespirasi, dan kelincahan. Plyometric exercise dapat juga mempengaruhi fungsi vital dalam tubuh, seperti respiratory rate. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh plyometric exercise terhadap respiratory rate pada pemain bola voli Universitas Mercu Buana. Metode: Penelitian ini menggunakan metode one group pre-test-post-test design. Penelitian ini dilakukan pada kelompok pemain bola voli yang memenuhi kriteria insklusi. Sampel penelitian sebanyak 16 pemain bola voli yang diberikan perlakukan plyometric exercise sebanyak sebanyak 3 kali/minggu selama 12 minggu dengan latihan selama 30 menit/pertemuan dengan teknik aerobik. Pengukuran respiratory rate dengan menghitung frekuensi nafas sampel dalam 1 menit. Hasil: Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, ada pengaruh plyometric exercise terhadap respiratory rate p=0.000 (p<0.05). Kesimpulan: Ada pengaruh plyometric exercise terhadap respiratory rate pada pemain bola voli Universitas Mercu Buana.
Kata Kunci : Plyometric Exercise, Respiratory Rate, Bola Voli
Introduction: Plyometric exercise is a basic exercise having a characteristic, like a muscle stretch and tendon then followed by shortening. The exercise increases the elasticity of muscle fiber and connective tissues in order to be raised a purpose to increase speed, stability, power, endurance, cardiorespiratory, and agility. Plyometric exercise is able to influence the vital function in the body, such as respiratory rate. The research aims to know the influence of plyometric exercise on the respiratory rate of volleyball players at Mercu Buana University. Method: The research used the one group pre-test-post-test design. The research was conducted to volleyball player group which fulfil inclusion criteria. The sample of the research was 16 volleyball players which were given the plyometric exercise with duration 3times/weeks during 12 weeks with exercise 30minutes/session with aerobic technique. The measurement of respiratory rate was counted by breath frequency on the 1 minute. Result: Based on the Wilcoxon test, there is an influence of plyometric exercise toward the respiratory rate p=0.000 (p<0.05). Conclusion: There is a influence of plyometric exercise to respiratory rate.
Keyword : Plyometric Exercise, Respiratory Rate, Volleyball
LPPM Universitas Abdurrab
2021-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1420
10.36341/jif.v4i01.1420
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 01 (2021): Februari; 1-4
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1420/969
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1433
2021-07-13T07:12:26Z
jif:ART
Perbedaan Pengaruh Stretching Dengan Terapi Manipulasi Terhadap Peningkatan Aktivitas Fungsional Bahu Pada Penderita Frozen Shoulder
Perbedaan Pengaruh Stretching Dengan Terapi Manipulasi Terhadap Peningkatan Aktivitas Fungsional Bahu Pada Penderita Frozen Shoulder
Zaimsyah, Futhri Rifa
Frozen shoulder atau capsulitis adhesiva merupakan diagnosis untuk segala keluhan nyeri dalam keterbatasan gerak sendi bahu. Keluhan pada sendi bahu biasanya didahului oleh suatu trauma atau immobilisasi yang bisa mengakibatkan kekakuan sendi. Pada kasus frozen shoulder dapat mengganggu aktivitas fungsional bahu yang diukur dengan kuesioner SPADI. Stretching dan terapi manipulasi merupakan salah satu modalitas yang dapat digunakan oleh fisioterapis dalam mengatasi gangguan aktivitas fungsional bahu pada penderita frozen shoulder. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh pemberian stretching dan terapi manipulasi, serta mengetahui mana yang lebih baik antara stretching dengan terapi manipulasi terhadap aktivitas fungsional bahu pada penderita frozen shoulder. Metode Penelitian: Case study dengan menggunakan two groups pre test – post test design dengan pembagian dua kelompok, kelompok I mendapat perlakuan stretching sedangkan kelompok II diberi perlakuan terapi manipulasi subjek penelitian berjumlah 16 pasien frozen shoulder yang dirujuk ke Poliklinik Fisioterapi RSUD Kota Semarang. Hasil : Pada kelompok I (stretching) hasil uji beda nilai SPADI pada pre-post test diperoleh hasil p = 0,012 (p < 0,05), sedangkan pada kelompok II (terapi manipulasi) hasil uji beda nilai SPADI pada pre-post test diperoleh hasil p = 0,012 (p < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada stretching dan terapi manipulasi terhadap peningkatan aktivitas fungsional bahu pada penderita frozen shoulder. Pada uji Mann Whitney diperoleh hasil p = 0,001 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok perlakuan. Kesimpulan : Stretching dan terapi manipulasi keduanya sama-sama meningkatkan aktifitas fungsional bahu pada penderita frozen shoulder, namun terapi manipulasi lebih baik dibandingkan stretching dalam meningkatkan aktivitas fungsional bahu pada penderita frozen shoulder.
LPPM Universitas Abdurrab
2020-08-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1433
10.36341/jif.v3i2.1433
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF); 30-37
2620-6773
2620-5777
eng
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1433/868
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1441
2021-07-13T07:12:25Z
jif:ART
Incentive Spirometry dan Chest Therapy Efektif Dalam Mengurangi Kekambuhan Pada Kondisi Asma Bronkial
Incentive Spirometry dan Chest Therapy Efektif Dalam Mengurangi Kekambuhan Pada Kondisi Asma Bronkial
Ananda, Diki
Samosir, Nova Relida
Latar Belakang: Asma bronchial merupakan penyakit respiratorik yang ditandai inflamasi kroniks aluran napas yang melibatkan bermacam sel inflamasi dan mediator yang saling berinteraksi sehingga menghasilkan perubahan fisiologis dan struktur jalan napas. Prevalensi kasus asmadi Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa umur 25-34 tahun mempunyai prevalensi asma tertinggi sebesar 5,7% dan umur <1 tahun memiliki prevalensi asma terendah sebesar 1,5%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pemberian Incentive Spirometry dan Chest Therapy untuk mengurangi gejala kekambuhan yang diukur dengan Asthma Control Test dan Incentive Spirometry. Metode penelitian adalah studi kasus yang disajikan dalam bentuk narasi deskriptif. Subjek penelitian ini terdiri dari satu sampel Asma bronchial dengan derajat persisten sedang yang memenuhi kriteria sampel/ penelitian ini dilakukan 16 kali terapi dimulai pada tanggal 04 februari 2020 s/d 02april 2020 di Laboratorium Manual Terapi I DIII Fisioterapi Universitas Abdurrab. Hasil: Evaluasi dengan menggunakan Asthma Control Test didapatkan hasil adanya penurunan gejal akekambuhan dan peningkatan kontrol asma dari skor 16 (asmatidakterkontrol) menjadi skor 22 (asma terkontrol sebagian). Kesimpulan studi kasus penggunaan modalitas Incentive spirometry dan Chest therapy didapatkan hasil bahwasanya terjadi penurunan gejala kekambuhan dan peningkatan nilai force vital capacity (FVC) dan force expired volume in one second (FEV¹) pada fungsi paru-paru.
Kata kunci :Asma bronchial persisten sedang, Incentive Spirometry, Chest therapy, Postural Drainage, Tapotement, Asthma Control test (ACT)
Background: Asthma bronchiale is a chronic respiratory disease that be marked inflammation chronic respiratory that involve kind of inflammation cell and mediators that interact wich each other so that produce physiogical changes and respiratory structure. Prevalence asthma case in Indonesia based on research result basic health (RISKESDAS) on 2013 to show that age 25-34 years have prevalence asthma the highest 5,7% and age under 1year prevalence asthma lowest of 1,5%. This research purposes to know the effectiveness gived Incentive spirometry and chest therapy to reduced symptoms recurrence that be measured by asthma control test and incentive spirometry. Research methods in case study that served in the form descriptive narrative. This research subject consist of one asthma bronchial sample with persistent degree moderate that fulfill criteria sample/ research. This is done 16 times therapy begins at date 04 february 2020 until 02 april 2020 in labotary manual therapy 1 D-III physiotherapy of Abdurrab University. Result: Evaluation with use asthma control test is obtained results is descreased symptoms recurrence and ecnhanment asthma control test from score 16 (Uncontrolled asthma) to be score 22 (Partially controlled asthma). Conclusion of the case study modality Incentive spirometry and chest therapy the results isthat decreased symptoms recurrence and increased of value force vital capacity (FVC) and force expired volume in one second (FEV¹) on lung function
Keywords : Asthma bronchiale, Incentive Spirometry, Chest Therapy, Postural Drainage, Tapotement, Asthma Control Test (ACT)
LPPM Universitas Abdurrab
2020-08-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1441
10.36341/jif.v3i2.1441
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF); 38-46
2620-6773
2620-5777
eng
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1441/869
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1647
2021-07-13T07:12:19Z
jif:ART
Dampak Kebijakkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dan Media Komunikasi Daring Saat Pendemi Covid-19 Terhadap Aktivitas Otot Ekstremitas Atas
Dampak Kebijakkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dan Media Komunikasi Daring Saat Pendemi Covid-19 Terhadap Aktivitas Otot Ekstremitas Atas
Tiyawan, Agus
Yani, Sri
Sutiono, Dias Rima
Pemerintah memberlakukan kebijakkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sebagai salah satu upaya mengatasi pandemi COVID-19 akibat penyebaran virus Sars-Cov-2 yang berasal dari Wuhan, China Desember tahun 2019 sesuai dengan peraturan WHO. Hal ini dikarenakan hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk mencegah penularannya. Akibat dari kebijakkan tersebut, media komunikasi darling menjadi sangat penting untuk bersosialisasi dengan kerabat maupun teman, menyebabkan penurunan aktifitas fisik. Berdasarkan data darling survei yang dilakukan pada 40 orang mahasiswa Jurusan Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, UPN Veteran Jakarta, 40 % responden menyatakan waktu berkomunikasi bertambah dari sebelum masa pandemi, 35 % responden menyatakan tidak berubah dan sisanya 25% menyatakan kurang. Sedangkan durasi komunikasi yang paling banyak dihabiskan oleh responden untuk bersosialisasi dengan media komunikasi darling dengan menggunakan aplikasi ZOOM dan Video Call adalah selama 1-30 menit sebanyak 52.5% responden, 31-1 jam sebanyak 27.5% responden, lebih dari 1 jam sebanyak 17.5% dan 0 menit sebanyak 2.5% responden. Kondisi ini menyebabkan gerakan ekstremitas atas berulang yang diperlukan oleh penggunaan perangkat media komunikasi darling sehingga kontraksi otot secara terus menerus di leher dan bahu, yang dapat menimbulkan kerentanan terhadap gangguan muskuloskeletal akibat kerusakan mikroskopis pada otot, saraf, dan pembuluh darah selama menjalankan perannya.
LPPM Universitas Abdurrab
2021-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1647
10.36341/jif.v4i01.1647
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 01 (2021): Februari; 5-10
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1647/970
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1710
2021-07-13T07:12:23Z
jif:ART
Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kadar PGC 1 Alpha Pada Otak Mencit Jantan
Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Kadar PGC 1 Alpha Pada Otak Mencit Jantan
Zein, Renni Hidayati
ABSTRACTBacground: The brain is an organ that is susceptible to degenerative processes. When the brain begins to age, there will be a decrease in brain function which is at risk of decreased cognitive function. Aerobic physical exercise can cause oxidative stress by increasing the formation of ROS from aerobic metabolism of muscle cells during physical exercise and cellular stress caused by ROS can trigger cell repair reactions. ROS is a very reactive oxygen-derived free radical, an important generator in the production of ROS is mitochondria, one of which is PGC-1α. Purpose: This study aims to measure levels of PGC-1α protein in male mice given exercise. Research Method male mice were divided into 2 groups consisting of 6 mice in the control group, 6 mice in the Exercise group with a total of 12 male mice, each 6 weeks old. This research was conducted for 8 weeks using ELISA laboratory techniques to analyze the PGC-1α protein. Result: : This study showed that there was an increase in the levels of PGC-1α in the brains of male mice after laboratory examination and then continued with statistical tests, the highest value of PGC-1α levels in the brains of male mice in the aerobic exercise group was obtained. Conclusion: The administration of aerobic exercise to male mice for 8 weeks had an effect on PGC-1α levels in the brains of male mice.
ABSTRAK
Latar belakang: Otak merupakan organ tubuh yang rentan terhadap proses degeneratif. Saat otak mulai menua akan terjadi penurunan fungsi otak yang berisiko terjadi penurunan fungsi kognitif. Latihan fisik aerobik dapat menyebabkan timbulnya stress oksidatif melalui peningkatan pembentukan ROS yang berasal dari metabolisme aerobik sel-sel otot selama latihan fisik tersebut dan stress seluler yang diakibatkan karena ROS dapat memunculkan reaksi perbaikan sel. ROS merupakan radikal bebas turunan oksigen yang sangat reaktif, generator penting dalam produksi ROS adalah mitokondria yang salah satu proteinnya PGC-1α. Tujuan penelitian: untuk mengukur kadar protein PGC-1α pada otak mencit jantan yang diberikan exercise. Metode penelitian: mencit jantan dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 6 ekor mencit kelompok kontrol,6 ekor mencit kelompok Exercise dengan total jumlah 12 ekor mencit jantan masing-masing berusia 6 minggu. Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu menggunakan teknik laboratorium ELISA untuk menganalisa protein PGC-1α dilakukan. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar PGC-1α pada otak mencit jantan setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan kemudian dilanjutkan uji statistik diperoleh nilai tertinggi kadar PGC-1α pada otak mencit jantan pada kelompok perlakuan aerobic exercise. Kesimpulan: Pemberian aerobic exercise pada mencit jantan selama 8 minggu berpengaruh terhadap kadar PGC-1α pada otak mencit jantan.
LPPM Universitas Abdurrab
2021-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1710
10.36341/jif.v4i01.1710
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 01 (2021): Februari; 11-17
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1710/971
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1732
2021-07-13T07:12:22Z
jif:ART
Efektivitas Friction Massage Terhadap Mengurangi Nyeri Pada Kasus Myofascial Trigger Point Syndrome Otot Upper Trapezius
Pratama, Aditya Denny
Background: Myofascial trigger point syndrome is a musculoskeletal disorder characterized by the presence of a trigger point in a sensitive area within the skeletal muscle band linkages, if pressure is applied to the area it will cause specific pain at a point that is pressed (tenderness). Myofascial trigger point syndrome is influenced both by mechanism and by positioning factors. Myofascial trigger point syndrome upper trapezius muscle radiates along the upper back and neck, behind the ears and at the temples. Methods: The research method used is in the form of a case study with 1 patient who was given physiotherapy intervention and evaluation 4 times. To overcome the problem of muscle pain in bilateral trapezius m.upper in this study, using manual physiotherapy intervention therapy in the form of friction massage. Result: The results obtained, there was a decrease in tenderness in the upper trapezius muscle VAS 5 during the first evaluation to VAS 2 at the fourth evaluation with an average VAS value pre and post after one month for four interventions, namely 1.72. The MDC value (95) is 0.196 and the MCID range is 0.88-1.7, and 1.46-2.28. Conclusion: Based on these results, it can be concluded that physiotherapy intervention with the manual method of therapy, friction massage is considered effective in reducing pain in patients with myofascial trigger point syndrome, upper trapezius muscle with visual analogues scale (VAS) parameters.
Keyword : Myofascial Trigger Point Syndrome, Manual Therapy, Friction Massage
ABSTRAK
Latar Belakang: Myofascial trigger point syndrome merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang ditandai dengan adanya trigger point (titik nyeri) di area yang sensitif di dalam taut band otot skeletal, jika diberikan tekanan pada area tersebut akan menimbulkan nyeri yang spesifik pada suatu titik yang ditekan (tenderness). Myofascial trigger point syndrome dipengaruhi baik secara mekanisme maupun faktor presdiposisi. Myofascial trigger point syndrome otot upper trapezius menjalar di sepanjang punggung atas dan leher, di belakang telinga dan di pelipis. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah dalam bentuk studi kasus dengan 1 orang pasien yang diberikan intervensi fisioterapi dan evaluasi sebanyak 4 kali. Untuk mengatasi permasalahan nyeri otot di m.upper trapezius bilateral dalam penelitian ini menggunakan intervensi fisioterapi manual terapi berupa friction massage. Hasil: Hasil yang didapatkan, adanya penurunan nyeri tekan pada otot upper trapezius VAS 5 saat evaluasi ke I ke VAS 2 pada evaluasi ke IV dengan nilai VAS rata-rata pre dan post setelah satu bulan selama empat kali intervensi, yaitu 1,72. Nilai MDC (95) adalah 0,196 dan rentang MCID adalah 0,88-1,7 dan. 1,46-2,28. Kesimpilan: Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa intervensi fisioterapi dengan metode manual terapi, friction massage dinilai efektif dalam mengurangi nyeri pada pasien myofascial trigger point syndrome otot upper trapezius yang dengan parameter visual analogues scale (VAS).
Kata Kunci : Myofascial Trigger Point Syndrome, Manual Terapi, Friction Massage
LPPM Universitas Abdurrab
2021-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1732
10.36341/jif.v4i01.1732
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 01 (2021): Februari; 18-24
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1732/972
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1733
2021-07-13T07:12:16Z
jif:ART
Peranan Fisioterapi pada Kasus Hallux Valgus (Bunion) dengan Intervensi NMT dan Strengthening untuk Mengurangi Nyeri
Peranan Fisioterapi pada Kasus Hallux Valgus (Bunion) dengan Intervensi NMT dan Strengthening untuk Mengurangi Nyeri
Ismaningsih, Ismaningsih
Samosir, Nova Relida
Maulidya, Maulidya
Background Hallux valgus (HV), also known as bunion is one of the most common foot deformities. It manifests with the proximal phalanx deviating laterally and the first metatarsal head deviating medially, usually due to adduction of the first metatarsus, called the metatarsus primus varus. The deformity is sometimes red in color and very painful to daily activities. If identified and treated properly the symptoms will improve. The exact etiology is not fully understood. It tends to occur more frequently in women and those who wear shoes or tight heels, hallux valgus is found in 58% of women and 25% of men. HV deformities can usually be diagnosed by physical examination. This deformity is sometimes red in color and painfully interferes with daily activities. If identified and treated properly the symptoms will improve. The aim of this study was to determine the effect of neuromuscular taping intervention and strengthening exercise on pain reduction. The Research Method is a literature study consisting of sources -the research source used the final evaluation, namely the Visual Analogue Scale (VAS). The results in the literature study showed a reduction in pain after neuromuscular taping and strengthening exercises. From this literature study it can be concluded that the intervention of neuromuscular taping and strengthening exercise is effective in reducing pain. , increases the strength of M. Abductor hallucis muscles as well as reduces the hallux valgus angle.
Latar Belakang: Hallux valgus (HV),juga dikenal sebagai bunion adalah salah satu kelainan bentuk kaki yang paling umum.ini bermanifestasi dengan phalanx proksimal menyimpang ke lateral dan kepala metatarsal pertama menyimpang ke medial,biasanya karena adduksi metatarsus pertama,yang disebut metatarsus primus varus. Kelainan bentuk ini terkadang berwarna merah dan nyeri sangat menganggu aktivitas sehari-hari.jika diidentifikasi dan diobati dengan benar gejalanya akan membaik.etiologi tepatnya tidak sepenuhnya dipahami.ini cenderung terjadi lebih sering pada wanita dan mereka yang memakai sepatu atau tumit ketat,hallux valgus ditemukan pada 58% wanita dan 25% pria.deformitas HV biasanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Kelainan bentuk ini terkadang berwarna merah dan nyeri sangat menganggu aktivitas sehari-hari.jika diidentifikasi dan diobati dengan benar gejalanya akan membaik.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intervensi neuromuscular taping dan strengthening exercise terhadap penurunan nyeri.Metode Penelitian adalah studi literature yang terdiri dari sumber-sumber penelitian dengan menggunakan evaluasi akhir yaitu Visual Analogue Scale (VAS).Hasil pada Studi literature menunjukkan adanya penurunan nyeri sesudah dilakukannya tindakan neuromuscular taping dan strengthening exercise.Dari penelitian studi literature ini dapat disimpulkan bahwa intervensi neuromuscular taping dan strengthening exercise efektif dalam mengurangi nyeri,meningkatkan kekuatan otot M.Abductor hallucis serta mengurangi sudut hallux valgus.
LPPM Universitas Abdurrab
2021-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1733
10.36341/jif.v4i01.1733
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 01 (2021): Februari; 29-35
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1733/974
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1738
2021-09-09T09:38:46Z
jif:ART
Efektivitas Quadriceps Setting Exercise (QSE) Dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Pasien Osteoartritis Lutut Genu Bilateral
Pratama, Aditya Denny
Background: Osteoarthritis (OA) is a long-term chronic disease characterized by damage to joint cartilage which causes friction between bones, causing stiffness, pain, and restriction of movement in the knee joint. While osteoarthritis genu is a degenerative joint disease associated with cartilage damage in the knee joint. Quadriceps Setting Exercise (QSE) exercise therapy generally provides benefits in reducing complaints which are thought to be able to improve the patient's functional ability to perform activities optimally. The aim of this study was to determine the effectiveness of the Quadriceps Setting Exercise (QSE) method in cases of knee osteoarthritis. Methods: Single case study, giving physiotherapy intervention to a 77-year-old woman with a diagnosis of bilateral genu knee OA. QSE was given for 2 weeks with 4 evaluations. Assessment of muscle strength using MMT. Results: There is an increase in MMT from 4 to 5 which is associated with the WOMAC score from 37 to 27, which indicates that there is an increase in the functional ability of the patient Conclusion: This study shows that the Quadriceps Setting Exercise (QSE) method of exercise can improve functional ability in osteoarthritis knees were measured using the WOMAC parameter.
Latar Belakang : Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit kronik jangka panjang yang ditandai dengan rusaknya kartilago sendi yang menyebabkan terjadinya gesekan antar tulang sehingga menyebabkan adanya kekakuan, nyeri, dan pembatasan gerakan pada sendi lutut. Sedangkan osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago pada sendi lutut. Terapi latihan Quadriceps Setting Exercise (QSE) umumnya memberikan manfaat dalam mengurangi keluhan yang diperkirakan mampu meningkatkan kemampuan fungsional pasien dalam melakukan aktivitas secara optimal. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode latihan Quadriceps Setting Exercise (QSE) pada kasus osteoartritis lutut. Metode: Studi kasus tunggal, dengan memberikan intervensi fisioterapi pada seorang wanita 77 tahun dengan diagnosis OA lutut genu bilateral. QSE diberikan selama 2 minggu dengan 4 kali evaluasi. Penilaian kekuatan otot menggunakan MMT. Hasil: Terdapat peningkatan MMT dari 4 menjadi 5 yang dikaitkan dengan skor WOMAC dari nilai 37 menjadi 27, yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap kemampuan fungsional pasien Kesimpulan: Studi ini menunjukan bahwa metode terapi latihan Quadriceps Setting Exercise (QSE) dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada osteoartritis lutut yang diukur menggunakan parameter WOMAC.
LPPM Universitas Abdurrab
2021-09-09
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1738
10.36341/jif.v4i02.1738
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 02 (2021): Agustus; 1-7
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1738/1060
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1740
2021-07-13T07:12:17Z
jif:ART
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Low Back Pain Pada Guru Di SMPN 1 Bathin Solapan
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Low Back Pain Pada Guru Di SMPN 1 Bathin Solapan
Rizal, Yose
Zaimsyah, Futhri Rifa
Low back pain is a major health problem in the workforce. Teachers are among the professions that are at high risk of suffering from low back pain due to work as social transformation, educational reforms and new teaching models have affected current teaching conditions, leading to changes in the profession in order to that teachers move from a relatively safe status to a state of instability in the workplace, due to new precarious and unregulated working methods. The aim of this study was to determine which risk factors are the causes of the low back pain (low back pain) experienced by the teachers of the SMPN 1 Bathin Solapan. This research uses quantitative methods. The research sample consisted of 28 teachers from SMPN 1 Bathin Solapan. The results of the analysis showed that there was no interaction variable (p <0.05) on the variables of age, sex, exercise routine and duration of sitting. From the results of this study, more research is needed to determine what other factors are associated with the incidence of low back pain in teachers at SMPN 1 Bathin Solapan.
Nyeri Punggung Bawah merupakan masalah kesehatan yang besar dalam populasi pekerja. Guru merupakan salah satu profesi yang memiliki risiko tinggi mengalami nyeri punggung bawah akibat pekerjaan karena Transformasi sosial, reformasi pendidikan dan model pengajaran baru telah mempengaruhi kondisi pengajaran saat ini, yang menyebabkan perubahan dalam profesi sehingga guru berpindah dari status stabil dan relatif aman ke kondisi ketidakstabilan di tempat kerja, sebagai akibat dari metode kerja yang baru, genting, dan tidak diatur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang menjadi penyebab Low Back Pain (LBP) yang dialami oleh guru di SMPN 1 Bathin Solapan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sampel penelitian ini berjumlah 28 orang guru di SMPN 1 Bathin Solapan. Hasil analisis diperoleh bahwa tidak ada variabel interaksi (p < 0,05) pada variable umur, jenis kelamin, rutinitas olahraga dan lama duduk. Dari hasil penelitian ini maka diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui factor lain apa saja yang berhubungan dengan kejadian Low Back Pain pada Guru di SMPN 1 Bathin Solapan.
LPPM Universitas Abdurrab
2021-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1740
10.36341/jif.v4i01.1740
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 01 (2021): Februari; 23-28
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1740/973
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1793
2021-09-10T03:33:43Z
jif:ART
Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada Pegawai yang Menggunakan Personal Computer di Rsud Dr. Murjani Sampit
Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada Pegawai yang Menggunakan Personal Computer di Rsud Dr. Murjani Sampit
Rosadi, Rakhmad
Antoniyus, Yogi
Ika Wardojo, Sri Sunaringsih
Putra, Yudha Wahyu
Rahmanto, Safun
Abstract: The use of computers requires good coordination between muscles, tendons and innervation so that they do not cause health problems. In addition, in operating computers, there is also interaction between individual workers / computer users and their work equipment, namely computer desks and chairs, where if there is a mismatch between work equipment and individual users, it can cause musculoskeletal complaints. This case report is located in dr. Murjani Sampit, Kotawaringin Timur, Kaliantan Tengah. The purpose of this case report is to know the description of musculoskeletal complaints in employees who use personal computers at dr. Murjani Sampit. The method used is to use the Nordic Body Map sheet to find out complaints on Musculoskeletal and the Brief Survey method for ergonomic risk assessment. A case study was conducted on 10 administrative staff and registration counter staff. Based on the results of the ergonomic risk assessment using the Brief Survey method, the highest work risk was in the back region with a score of 3. Most musculoskeletal complaints were due to work by administrative staff and staff at the registration counter of dr. Murjani Sampit was found at the waist as many as 10 people (100.0%) and was followed by complaints on the upper neck as many as 5 people (50.0%).
Abstrak: Pengunaan komputer diperlukan koordinasi yang baik antara otot, tendon dan persarafan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Selain itu dalam mengoperasikan komputer juga terjadi interaksi antara individu pekerja/ pengguna komputer dengan peralatan kerjanya yaitu meja dan kursi komputer, dimana apabila ada ketidaksesuaian antara peralatan kerja dengan individu penggunanya dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Laporan Kasus ini berlokasi di RSUD dr. Murjani Sampit, Kotawaringin Timur, Kaliantan Tengah. Tujuan Laporan Kasus ini adalah untuk Mengetahui mengetahui gambaran keluhan muskuloskeletal pada pegawai yang menggunakan personal computer di RSUD dr. Murjani Sampit. Metode yang digunakan yaitu menggunakan lembar Nordic Body Map untuk mengetahui keluhan Pada Muskuloskeletal dan metode Brief Survey untuk penilaian risiko ergonomi. Studi Kasus dilakukan terhadap 10 orang staf administrasi dan staf loket pendaftaran. Berdassarkan hasilpenilaian risiko ergonomic dengan menggunakan metode Brief Survey resiko kerja tertinggi berada pada regio punggung dengan skor 3. Keluhan muskuloskeletal terbanyak akibat kerja oleh staf administrasi dan staf loket pendaftaran RSUD dr. Murjani Sampit didapati pada bagian pinggang yaitu sebanyak 10 orang (100,0%) dan disusul oleh keluhan pada leher atas yaitu sebanyak 5 orang (50,0%).
LPPM Universitas Abdurrab
2021-09-09
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1793
10.36341/jif.v4i02.1793
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 02 (2021): Agustus; 8-15
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1793/1062
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1864
2021-09-10T03:16:56Z
jif:ART
Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Keseimbangan Pada Lansia Dengan Mild Cognitive Impairment
Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Keseimbangan Pada Lansia Dengan Mild Cognitive Impairment
Munawwarah, Muthiah
Ramadhani, Atika Rezky
Maratis, Jerry
Ivanali, Kesit
Objective: To determine the relationship between cognitive function and balance in the elderly within Mild Cognitive Impairment (MCI) conditions at Posyandu, Talawi, Taratak Capo Hamlet. Method: This type of research is a descriptive correlative study using a cross sectional approach with the identification of purposive sampling on 72 sample. To assess cognitive levels, its make use of the Indonesian-Montreal Cognitive Assessment (INA-MoCA) questionnaire and balance measurement using the Time Up and Go Test (TUGT). Results: Correlation test with Pearson Product Moment obtained a significant relationship with p = 0.014 where p <value α (0.05) with r = 0.290, Which means there is a significant correlation between cognitive function and balance, where the higher the value of cognitive function, the higher balance value. Mean and standard deviation of Cognitive Function is 19.49 ± 2.089 and 18.06 ± 2.443 for balance. Conclusion: There is a relationship between cognitive function and balance in the elderly with Mild Cognitive Impairment (MCI) conditions in Posyandu, Talawi District, Taratak Capo Hamlet.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif terhadap keseimbangan pada lansia dengan kondisi Mild Cognitive Impairment (MCI) di posyandu Posyandu Kecamatan Talawi Dusun Taratak Capo. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan identifikasi purposive sampling yang sampelnya berjumlah 72 orang. Pemeriksaan kognitif menggunakan kuesioner Indonesian-Montreal Cognitive Assessment (INA-MoCA) dan pengukuran keseimbangan menggunakan Time Up and Go Test (TUGT). Hasil: Uji korelasi dengan Pearson Product Moment didapatkan hubungan yang bermakna dengan p = 0,014 dimana p < nilai α (0,05) dengan r = 0,290 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi kognitif dengan keseimbangan dimana semakin tinggi nilai fungsi kognitif maka semakin tinggi nilai keseimbangan. Rata-rata dengan standar deviasi Fungsi Kognitif sebesar 19,49±2,089 dan keseimbangan 18,06±2,443. Kesimpulan: Ada hubungan fungsi kognitif terhadap keseimbangan pada lansia dengan kondisi Mild Cognitive Impairment (MCI) di Posyandu Kecamatan Talawi Dusun Taratak Capo.
LPPM Universitas Abdurrab
2021-09-09
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1864
10.36341/jif.v4i02.1864
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 02 (2021): Agustus; 27-34
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1864/1065
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1911
2021-09-10T03:22:01Z
jif:ART
Hubungan Masa Kerja Terhadap Keluhan Shoulder Pain Pada Fisioterapis Di Kota Bandung
Hubungan Masa Kerja Terhadap Keluhan Shoulder Pain Pada Fisioterapis Di Kota Bandung
Kartika, Elisabeth Dewi
Amir, Trisia Lusiana
Priatna, Heri
Introduction: Musculoskeletal injuries in physiotherapists appear to have an increasing trend with respect to years of service. A major change from this trend is that musculoskeletal injuries occur in those who have worked for more than 15 years as physiotherapists. This study aims to determine the relationship between working period and complaints of shoulder pain on physiotherapists in the city of Bandung. Methods: This study is a descriptive quantitative study with a cross sectional survey technique. The total sample was 85 physiotherapists (51 females and 34 males) with defined criteria. Samples who complained of shoulder pain were then measured using SPADI (The Shoulder Pain Disability Index). Results: Hypothesis testing using chi square at α = 0.05 obtained p = 0.026 with OR (95% CI) = 3.102 (1.12–8.61). Shows that there is a relationship between working period and shoulder pain. Physiotherapists with working period > 10 years had a 3,102 fold risk of experiencing shoulder pain complaints compared to those with a working period ≤10 years. Conclusion: There is a significant relationship between working period of physiotherapist and complaint of shoulder pain.
Pendahuluan: Cedera muskuloskeletal pada fisioterapis tampaknya memiliki tren yang meningkat terkait dengan tahun kerja. Perubahan besar dari tren ini, bahwa cedera muskuloskeletal terjadi pada mereka yang bekerja selama lebih dari 15 tahun sebagai fisioterapis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan masa kerja terhadap keluhan shoulder pain pada fisioterapis di kota Bandung. Metode: Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dengan jenis cross sectional teknik survei. Total sampel adalah 85 fisioterapis (51 perempuan dan 34 laki-laki) dengan kriteria yang ditentukan. Sampel yang mengeluh shoulder pain selanjutnya diukur menggunakan SPADI (The Shoulder Pain Disability Index). Hasil: Uji hipotesis menggunakan chi square pada α=0,05 didapatkan p=0,026 dengan OR(IK95%)=3,102(1,12–8,61). Menunjukan terdapat hubungan antara masa kerja dengan keluhan shoulder pain. Fisioterapis dengan masa kerja >10 tahun berisiko 3,102 kali mengalami keluhan shoulder pain dibanding masa kerja ≤10 tahun. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja fisioterapis terhadap keluhan shoulder pain.
LPPM Universitas Abdurrab
2021-09-09
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1911
10.36341/jif.v4i02.1911
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 02 (2021): Agustus; 35-40
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1911/1066
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/1978
2021-09-10T02:49:20Z
jif:ART
Goniometer Pintar Untuk Observasi Gerak Lutut Pasien Pasca Tindakan Fiksasi
Goniometer Pintar Untuk Observasi Gerak Lutut Pasien Pasca Tindakan Fiksasi
Octabery, Ego
Agung Sucipto, Putra Wisnu
Paronda, Abdul Hafid
Goniometers are made of a material shaped like a curved ruler. The indentation of this goniometer marks the degree of opening of the knee joint. This degree of knee opening gives a large RoM value. This goniometer with a ruler-like shape has drawbacks, the drawback lies in the accuracy of repeated measurements when performing knee openings, recording the patient's knee openings on a regular basis, the patient cannot perform therapy independently. To be able to overcome this situation, alternative technology can help, namely making a goniometer with three main features, namely measuring the orientation of the knee movement direction, measuring the orientation of the knee movement direction based on the MPU-6050 sensors and Arduino Nano. The MPU-6050 sensor is a sensor that is used as the main tool for measuring the Range of Motion (RoM) of the knee joint. exercise guide interface, which is a feature with a function as a virtual physiotherapist who will guide patients to perform exercise movements independently. And a data bank system, where this feature is used to store all medical history data in this physiotherapy process. The test results show that an electronic goniometer can be designed and built that can measure the angle of achievement of leg extension in Range of Motion (RoM) exercises without the need to measure manually using a goniometer ruler with a fairly good accuracy with an overall tool error value of 1.774%. and the biggest error is 2.75%. The exercise guide interface, especially on the knee motion picture, experienced an error when the angle opening exceeded 95° and the data bank managed to save the patient's angle opening data.
Goniometer terbuat dari material berbentuk mirip dengan penggaris yang dilekukan. Lekukan goniometer ini menandai derajat bukaan sendi lutut. Derajat bukaan lutut ini memberikan besar nilai RoM. Goniometer dengan bentuk serupa penggaris ini memiliki kekurangan, kekurangan terletak pada ketepatan pengukuran berulang saat melakukan bukaan lutut, pencatatan bukaan lutut pasien secara berkala, pasien tidak bisa melakukan terapi secara mandiri. Untuk dapat mengatasi situasi tersebut, teknologi alternatif bisa membantu yaitu membuat sebuah goniometer dengan tiga fitur utama, yaitu pengukuran orientasi arah gerakan lutut, pengukuran orientasi arah gerakan lutut dibuat berbasis sensor MPU-6050 dan Arduino Nano. Sensor MPU-6050 merupakan sensor yang digunakan sebagai peralatan utama mengukur Range of Motion (RoM) sendi lutut. Antar muka pemandu exercise, yang merupakan fitur dengan fungsi sebagai fisioterapis virtual yang akan memandu pasien melakukan gerakan exercise secara mandiri. Dan sistem bank data, yang mana fitur ini digunakan untuk menyimpan seluruh data riwayat medis dalam proses fisioterapi ini. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa dapat dirancang dan dibangun sebuah alat goniometer pintar yang dapat mengukur sudut capaian ekstensi kaki pada latihan Range of Motion (RoM) tanpa perlu mengukur secara manual dengan menggunakan penggaris goniometer dengan keakuratan yang cukup baik dengan nilai error alat keseluruhan adalah 1.774 % dan error terbesarnya 2.75%. Antar muka pemandu exercise khususnya pada gambar gerak lutut mengalami error pada saat bukaan sudut melebihi 95° dan bank data berhasil menyimpan data bukaan sudut pasien.
LPPM Universitas Abdurrab
2021-09-09
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1978
10.36341/jif.v4i02.1978
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 02 (2021): Agustus; 16-26
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/1978/1063
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2090
2021-09-10T03:34:51Z
jif:ART
Studi Kasus Pengaruh Terapi Latihan Terhadap Pengurangan Jarak Intra Recti Pada Kondisi Diastasis Recti
Studi Kasus Pengaruh Terapi Latihan Terhadap Pengurangan Jarak Intra Recti Pada Kondisi Diastasis Recti
Yulianti, Sari Tri
Permata, Ayu
Marianda, Aulia Indah
ABSTRACT
Background: Diastasis recti is an impairment characterized by the rectus abdominis muscle separates in midline at linea alba. The separation of the linea alba in diastasis recti results in the forming of a space referred to as an inter-recti distance. Symptoms in diastasis recti are an increase in the distance between the anterior borders of the rectus muscle influence the strength of the abdominal wall musculature. Various intervention techniques have been carried out to reduce the intra-recti distance in diastatic recti conditions, but research is still limited on the effect of exercise therapy on reducing the intra-recti distance in diastasis recti. The purpose of the study was to determine the effect of exercise therapy in reducing inter-recti distance in postpartum with diastasis recti. Methods: Single case study with pre and post test design in 38 years old woman with diastasis recti. The exercise therapy protocol was carried out for 30 minutes, three times a week for four weeks. Exercise therapy consisted of abdominal exercise and pelvic floor exercise. The measurements used in this study used calipers to evaluate the reduction inter-recti distance. Results: After being given an exercise therapy intervention for four weeks, the results of the intra-recti distance reduction were obtained. The results of the initial measurement pre exercise therapy obtained E0= 3.9 cm, and at the post exercise therapy E4 = 2.4 cm. Conclusion: The results of this study indicate that exercise therapy can reduce the intra-recti distance in postpartum with diastasis recti
Keywords: Diastasis recti, rectal distance, exercise therapy, calipers
ABSTRAK
Latar Belakang: Diastasis Recti adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pemisahan garis tengah otot-otot rectus abdominis disepanjang linea alba. Pemisahan linea alba pada diastasis recti dalam pembentukan ruang disebut sebagai jarak antar recti. Gejala pada diastasis recti adanya peningkatan jarak antara tepi anterior otot kanan mempengaruhi kekuatan otot-otot abdomen. Berbagai teknik intervensi telah dilakukan untuk mengurangi jarak intra recti pada kondisi diastatis recti, namun penelitian masih terbatas pada pengaruh terapi latihan terhadap pengurangan jarak intra recti pada kondisi diastasis recti. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi latihan dalam mengurangi jarak antar recti pada postpartum dengan kondisi diastasis recti. Metode: Studi kasus tunggal dengan desain pre dan post test pada wanita berusia 38 tahun dengan kondisi diastasis recti. Protokol terapi latihan dilakukan selama 30 menit, tiga kali seminggu selama empat minggu. Terapi latihan terdiri dari abdominal exercise dan pelvic floor exercise. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kaliper untuk mengevaluasi pengurangan jarak antar recti. Hasil: Setelah diberikan intervensi terapi latihan selama empat minggu didapatkan hasil pengurangan jarak intra recti. Hasil pada pengukuran awal sebelum diberikan terapi latihan didapatkan E0 = 3,9 cm, dan pada evaluasi akhir terapi didapatkan E4= 2,4 cm. Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi latihan dapat mengurangi jarak intra recti pada postpartum dengan kondisi diastasis recti
Kata kunci: Diastasis cecti, jarak antar recti, terapi latihan, kaliper
LPPM Universitas Abdurrab
2021-09-09
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2090
10.36341/jif.v4i02.2090
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 4 No 02 (2021): Agustus; 41-44
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2090/1067
Copyright (c) 2021 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2098
2022-03-09T04:33:25Z
jif:ART
Teknologi Papan Keseimbangan Untuk Latihan Pengendalian Stabilitas Postural Tubuh Anak
Teknologi Papan Keseimbangan Untuk Latihan Pengendalian Stabilitas Postural Tubuh Anak
Permana, Arya Gilang
Agung Sucipto, Putra Wisnu
Samsiana, Seta
On children , develop and repair condition motor is method best for realize balance postural. The method is with give a number of exercise which support strengthening performance muscle and coordination system sensory which complex . exercise this working for trigger movement psychomotor which emphasize on response physical in the form of movement body . To can support exercise balance body child , make it a technology which adopt principles in game child which used in stimulate movement psychomotor for control postural body . development technology done with method make a number of equipment , that is equipment technology game virtual and board balance electronic . From results design technology the succeed created a technology board balance for exercise control stability postural body child , which consist from board balance electronic and a game virtual as well as a data banking system capable keep history training . Based on results testing , tool this capable detect four direction motion tilt that is motion tilt forward , to the right , to the left and to the back . However tool this no can detect two direction tilt by together .
Pada anak-anak, mengembangkan dan memperbaiki kondisi motorik merupakan cara terbaik untuk mewujudkan keseimbangan postural. Caranya adalah dengan memberikan beberapa latihan yang mendukung penguatan kinerja otot dan koordinasi sistem sensorik yang kompleks. Latihan ini berfungsi untuk memicu gerakan psikomotorik yang menekankan pada tanggapan fisik berupa gerakan badan. Untuk bisa mendukung latihan keseimbangan tubuh anak, dibuatlah sebuah teknologi yang mengadopsi prinsip-prinsip dalam permainan anak yang digunakan dalam menstimulus gerakan psikomotorik untuk pengendalian postural tubuh. pengembangan teknologi dilakukan dengan cara membuat beberapa peralatan, yaitu peralatan teknologi permainan virtual dan papan keseimbangan elektronik. Dari hasil perancancangan teknologi tersebut berhasil diciptakan sebuah teknologi papan keseimbangan untuk latihan pengendalian stabilitas postural tubuh anak, yang terdiri dari papan keseimbangan elektronik dan sebuah permainan virtual serta sebuah system bank data yang mampu menyimpan riwayat pelatihan. Berdasarkan hasil pengujian, alat ini mampu mendeteksi empat arah gerak kemiringan yaitu gerak kemiringan kedepan, kekanan, kekiri dan kebelakang. Namun alat ini tidak bisa mendeteksi dua arah kemiringan secara bersamaan.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-02-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2098
10.36341/jif.v5i01.2098
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 01 (2022): Februari; 21-28
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2098/1167
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2261
2022-03-09T04:33:25Z
jif:ART
Penatalaksanaan Fisioterapi Kasus Lower back pain e.c Spondylosis Lumbal; Studi Kasus.
Penatalaksanaan Fisioterapi Kasus Lower back pain e.c Spondylosis Lumbal; Studi Kasus.
Rosadi, Rakhmad
Wardojo, Sri Sunaringsih ika
Algifari, Muhammad Fauzan
Background: Low back pain, also known as LBP, is pain that originates from the lumbar intervertebral disc and is localized to the lumbar region. The symptoms are more evenly distributed and are not limited to one nerve root. Low back pain is discomfort in the lower back caused by nerve issues, muscular irritation, or bone abnormalities. The word spondylosis comes from the Greek word spondylos, which meaning vertebrae. Lumbar spondylosis refers to changes in the spinal joints, such as a rise in intervertebral disc degeneration followed by changes in bone and soft tissue, or it can refer to excessive bone development (osteophytes). The keys to successful patient management are two things: an accurate evaluation to identify what the patient is going through so that treatment goals can be set, and careful knowledge of the individual patient. The goal of this study was to see how successful exercise treatment, manual therapy, stretching, and TENS electrotherapy were at treating Lumbar Spondylosis. Result: After treatment with px tn b, the result of diminishing. There was a decrease in pain with NRS measures at the second meeting, both in motion pain and quiet pain, which had been on motion pain 8 and silent pain 5 at the first meeting, when reviewing the therapy at the second meeting, the findings of motion pain were 5.
Latar Belakang : Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti vertebra/ tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan sebagai perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi diskus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit). Kunci manajemen yang sukses untuk pasien adalah dua hal yaitu asessment yang akurat untuk mengidentifikasi yang di alami pasien agar dapat menetukan tujuan untuk treatment yang ditopang dengan pengetahuan yang seksama dari individu pasien. Tujuan :Untuk mengetahui efektivitas terapi latihan, manual terapi, stretching, dan elektroterapi TENS terhadap Spondylosis Lumbal. Hasil : Didapatkan hasil penurunan setelah dilakukan treatment pada px tn b. pada pertemuan ke 2 sudah mengalami penurunan nyeri dengan pengukuran NRS, baik pada nyeri gerak, dan nyeri diam, yang pada peetemuan pertama pada nyeri gerak 8, dan nyeri diam 5, saat dilakukan evaluasi pada treatment pertemuan ke 2 mendapatkan hasil nyeri gerak 5 dan nyeri diam 2.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-02-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2261
10.36341/jif.v5i01.2261
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 01 (2022): Februari; 15-20
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2261/1166
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2262
2022-03-09T04:33:25Z
jif:ART
Hubungan Sikap Kerja Duduk Dan Durasi Kerja Terhadap Keluhan Musculoskeletal Pada Pedagang
Hubungan Sikap Kerja Duduk Dan Durasi Kerja Terhadap Keluhan Musculoskeletal Pada Pedagang
Fortuna Masayuki, Ni Putu
Pramita, Indah
Vitalistyawati, Luh Putu Ayu
Traders at the wangaya flower market do their jobs in a static sitting posture. This attitude is carried out for 10 hours every day starting at 11.00 – 21.00 WITA. The duration of work for 10 hours is the duration of work that exceeds the normal time. When working with a static sitting posture, the back muscles will be burdened. If the attitude of this work is done continuously to the excessive duration of action, it can lead to musculoskeletal disorders. This research uses cross sectional method. The study population was 45 people with a sample of 10 people obtained based on the research criteria. This study uses the Rapid Entire Body Assessment and Nordic Body Map Questionnaire measuring instruments. Furthermore, hypothesis testing is carried out using the Sprearman's rho test. The results of the Spearman's rho test show a value of 0.664 which means the close relationship between work attitudes and work duration on musculoskeletal complaints in traders is strong.
Pedagang di pasar bunga wangaya melakukan pekerjaannya dengan sikap kerja duduk statis. Sikap ini dilakukan selama 10 jam setiap harinya mulai pukul 11.00 – 21.00 WITA. Durasi bekerja selama 10 jam tersebut merupakan durasi bekerja yang melebihi waktu normal. Ketika bekerja dengan sikap duduk statis maka otot-otot punggung akan terbebani. Apabila sikap kerja ini dilakukan terus menerus dengan durasi kerja yang berlebihan, maka dapat memicu timbulnya keluhan musculoskeletal. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 45 orang dengan sampel 10 orang yang didapat berdasarkan kriteria penelitian. Penelitian ini menggunakan alat ukur Rapid Entire Body Assesment dan Nordic Body Map Questionare. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan Uji Sprearman’s rho. Hasil Uji Spearman’s rho menunjukkan nilai 0,664 yang berarti keeratan hubungan antara sikap kerja dan durasi kerja terhadap keluhan musculoskeletal pada pedagang adalah kuat.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-02-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2262
10.36341/jif.v5i01.2262
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 01 (2022): Februari; 8-14
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2262/1164
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2303
2022-03-09T04:33:25Z
jif:ART
Penatalaksanaan Fisioterapi Kasus Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Kantoran
Maratis, Jerry
Guspriadi, Eko
Salim, Catherine Hermawan
Laowo, Erni Selfiyan
Sodik, Sehab
ABSTRACT
Objective: The focus of this case report is the management of physiotherapy in the case of carpal tunnel syndrome in office workers. Method: Pre and post test. Patient by the name of Mr. JR 34-year-old man is an office worker. On January 27, the patient came to the Esa Unggul Physiotherapy clinic complaining of pain and tingling in the wrist. Interventions given by physiotherapy include the use of orthosis, TENS modalities, US, manual therapy techniques, and exercise therapy. Results: On the VAS value of motion pain, press, and be quiet the value of each before the intervention: 7-8-3, after the intervention: 2-3-0. Radial-ulnar ROM deviation and dorsi-palmar flexion before intervention S = 600-00-500 and T = 300-00-200, after intervention S = 650-00-700 and T = 450-00-400. Muscle strength was assessed by MMT: ulnar deviation, radial deviation, palmar flexion, dorsi flexion before intervention: 4-4-3-4, after intervention: 5-5-4-5. Conclusion: Use of orthosis, TENS modality, US, manual therapy techniques, neuromobiliation, and exercise therapy are effective in reducing pain, muscle strength, increasing ROM and increasing functional activity in cases of carpal tunnel syndrome.
ABSTRAK
Tujuan: Fokus pada case report ini adalah penatalaksanaan fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome pada pekerja kantoran. Metode: Pre dan post test. Pasien dengan nama Tn. JR laki-laki berusia 34 tahun seorang pekerja kantoran. Tanggal 27 januari pasien datang ke klinik Fisioterapi Esa Unggul dengan mengeluh sakit dan kesemutan pada pergelangan tangan. Diberikan intervensi oleh fisioterapi berupa penggunaan orthosis, modalitas TENS, US, Teknik manual terapi, dan terapi latihan. Hasil: Pada nilai VAS nyeri gerak, tekan, dan diam nilai masing-masing sebelum intervensi : 7-8-3, setelah intervensi : 2-3-0. ROM radial-ulnar deviasi and dorsi-palmar fleksi sebelum intervensi S=600-00-500 dan T=300-00-200, setelah intervensi S=650-00-700 dan T=450-00-400. Kekuatan otot dinilai dengan MMT : dorsi fleksi , palmar fleksi, , radial deviasi, ulnar deviasi sebelum intervensi : 4-4-3-4, sesudah intervensi : 5-5-4-5. Kesimpulan: Pemakaian orthosis, modalitas TENS, US, Teknik manual terapi, neuromobiliasi, dan terapi latihan efektif dalam menurunkan nyeri, kekuatan otot, meningkatkan ROM, dan meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus carpal tunnel syndrome.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-02-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2303
10.36341/jif.v5i01.2303
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 01 (2022): Februari; 1-7
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2303/1165
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2361
2022-03-11T04:20:38Z
jif:ART
Faktor Risiko Kejadian Nyeri Punggung Bawah Akibat Pekerjaan Pada Fisioterapis Kota Pekanbaru Tahun 2017
Faktor Risiko Kejadian Nyeri Punggung Bawah Akibat Pekerjaan Pada Fisioterapis Kota Pekanbaru Tahun 2017
Rizal, Yose
Afandi, Dedi
Rahayu, Endang Purnawati
Low back pain is a major health problem in the workforce. Physiotherapist is a profession that presents a high risk of suffering from low back pain due to work because their work requires the musculoskeletal system, repetitive movements of the upper limbs that the body is in a static and dynamic position for a long time. The purpose of this study was to determine which risk factors were responsible for lower back pain caused by the work of physiotherapists in Pekanbaru. This research uses quantitative methods. The analysis of the data was performed on the analysis of the level of back pain, the analysis of the work picture, the RULA assessment (Rappid Upper Limb Assesment), univariate analysis, bivariate analysis and multivariate analysis. The sample of this study included 42 members of the Pekanbaru City Physiotherapy Association. The results obtained indicate that the variables associated with the incidence of work-related low back pain are sport routines. The results of the analysis obtained interaction variables (p <0.05) Sports Routines so that conclusions can be drawn variables related to the incidence of low back pain is Sports Routines. Physiotherapists who don't exercise regularly are 16 times more likely to experience back pain compared to physiotherapists who exercise regularly. Multivariate results R square = 0.389 means that awkward posture, length of service and gender variables can explain the variable back pain by 38.9%. From the results of this study, it is necessary to educate and modify the working techniques of the physiotherapists of the city of Pekanbaru.
Nyeri Punggung Bawah merupakan masalah kesehatan yang besar dalam populasi pekerja. Fisioterapis merupakan salah satu profesi yang memiliki risiko tinggi mengalami nyeri punggung bawah akibat pekerjaan karena pekerjaan mereka menuntut usaha keras dari sistem muskuloskeletal, gerakan berulang dari Upper Limbs, tubuh dalam posisi statis dan dinamis untuk jangka waktu yang lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang menjadi penyebab nyeri punggung bawah akibat pekerjaan yang dialami oleh fisioterapis di kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Analisis data yang dilakukan adalah analisa tingkat nyeri punggung, analisa foto kerja, penilaian Rappid Upper Limb Assement (RULA), analisis univariat, analisis bivariate dan analisis multivariate. Sampel penelitian ini berjumlah 42 orang anggota ikatan fisioterapi kota Pekanbaru. Hasil analisis diperoleh variabel interaksi (p < 0,05) yaitu Rutinitas Olahraga sehingga dapat diambil kesimpulan variabel yang berhubungan dengan kejadian nyeri punggung bawah adalah Rutinitas Olahraga. Fisioterapis yang tidak rutin berolahraga berisiko mengalami nyeri punggung 16 kali dibandingkan dengan fisioterapis yang rutin berolahraga Hasil Multivariat R square = 0,389 artinya variabel postur janggal, masa kerja dan jenis kelamin dapat menjelaskan variabel nyeri punggung bawah sebesar 38,9%. Dari hasil penelitian ini maka diperlukan adanya edukasi dan perubahan teknik bekerja pada fisioterapis di kota pekanbaru.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-02-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2361
10.36341/jif.v5i01.2361
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 01 (2022): Februari; 35-40
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2361/1169
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2362
2022-03-09T04:33:25Z
jif:ART
Pengaruh Circuit Training Meningkatkan Kapasitas Vo2max Pada Insan Olahraga
Pengaruh Circuit Training Meningkatkan Kapasitas Vo2max Pada Insan Olahraga
Relida, Nova
Jannah, Putri Miftahul
Permata, Ayu
Olahraga merupakan aktivitas fisik sehari-hari yang dilakukan untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan kuat. Salah satu olahraga yang dapat meningkatkan kerja jantung dan paru-paru menjadi maksimal adalah dengan melakukan jenis olahraga untuk peningkatan VO2max, karena hubungannya dengan kebugaran aerobik. Permainan sepak bola membutuhkan kemampuan daya tahan aerobik yang baik. Selain itu VO2max yang tinggi sangat diprioritaskan, karena permainan sepak bola memerlukan tenaga dan daya tahan tubuh yang kuat. VO2max merupakan volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh ketika melakukan aktifitas fisik. Jika banyak oksigen yang diserap oleh tubuh maka semakin baik kinerja otot dalam berkontraksi sehingga zat sisa-sisa yang menjasi penyebab kelelahan jumlahnya akan semakin sedikit. Circuit training dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskular, dimana dengan adanya pelatihan ini proses penyaluran dan kembalinya darah ke jantung semakin lancar. Latihan daya tahan aerobik dibutuhkan oleh insan olahraga salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas VO2Max dengan pemberian intervensi circuit training. Subjek peneliti terdiri dari 1 pasien insan olahraga yang menyukai Sepakbola. Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan VO2max pada insan olahraga dengan circuit training. Waktu dan tempat penelitian dilakukan di Klinik Fit and Rehabilitation tanggal 16 Maret 2021 sampai dengan 11 April 2021. Perlakuan subjek penelitian diberikan intervensi circuit training, Alat ukur yang digunakan adalah cooper test. Penilitian dilakukan selama 12 kali terapi (T1-T12). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat efek pemberian intervensi circuit training untuk meningkatkan kapasitas VO2Max pada insan olahraga di buktikan dari evaluasi cooper test pertama sebelum diberi intervensi yaitu 27,47 ml/kg.bb/menit menjadi 40,00 ml/kg.bb/menit pada evaluasi kelima setelah dilakukan 12 kali terapi. Pemberian intervensi circuit training sangat efektif dalam meningkatkan kapasitas VO2Max.
Sport is a daily physical activity to get a healthy and strong body. One of the sports that increase the work of the heart and lungs to the maximum is those which function to increase VO2max given its correlation with aerobic fitness. Soccer requires good aerobic endurance skills. In addition, a high VO2max is highly prioritized since soccer requires good strength and endurance. VO2max is the maximum volume of O2 processed by the body when doing physical activity. If a lot of oxygen is absorbed by the body, the performance of the muscles in contracting is getting better so that the number of residual substances as the cause of fatigue will be decreased. Circuit training improves cardiovascular endurance. This training makes the process of channeling and returning blood to the heart smoother. Aerobic endurance training is needed by sportsperson. One of the efforts to increase VO2Max capacity is through the provision of circuit training interventions. The research subjects consisted of 1 patient who was a sportsperson who liked soccer. This study aimed to determine the increase in VO2max in sportsperson because of the circuit training provision. The study was conducted at the Fit and Rehabilitation Clinic from March 16, 2021, to April 11, 2021. Subjects in the research treatment were given circuit training interventions. The measuring instrument used was the Cooper test. The study was conducted for 12 treatments (T1-T12). Knowing the results of the research that has been done, it was found that the provision of circuit training interventions was able to increase the VO2Max capacity in a sportsperson. This finding is evidenced by an increase in the first Cooper test evaluation before being given the intervention, from 27.47 ml/kg/minute to 40.00 ml/kg/minute on the fifth evaluation after 12 treatments. In conclusion, the circuit training intervention is very effective in increasing the VO2Max capacity.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-02-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2362
10.36341/jif.v5i01.2362
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 01 (2022): Februari; 29-34
2620-6773
2620-5777
eng
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2362/1260
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2456
2022-08-30T08:20:28Z
jif:ART
Intervensi Fisioterapi Komunitas Guna Meningkatkan Aktifitas Fungsional Lansia di Desa Malinau Seberang
Intervensi Fisioterapi Komunitas Guna Meningkatkan Aktifitas Fungsional Lansia di Desa Malinau Seberang
Rosadi, Rakhmad
Wardojo, Sri Sunaringsih Ika
Ayu Lestari, Mita Andini
Azhari, Muhammad Ari
Osteoarthritis is a degenerative joint disease that often affects the elderly due to reduced synovial fluid which functions as a lubricant in the knee joint. Knowledge is needed for the elderly to be more familiar with Osteoarthritis and the symptoms it causes. So that the elderly are more aware of what is happening to their bodies. This case report was conducted at the Elderly Community in Malinau Seberang Village on Jl. PM Dinda Malinau Seberang, Malinau Regency. North Kalimantan. The purpose of this case report is to provide information about osteoarthritis to the elderly community in the village of Malinau Seberang. This research method is counseling and using Pre Test & Post Test Questionnaires to determine the knowledge of the elderly about osteoarthritis and provide a home program in the form of Closed Kinetic Chain Exercise which is given, namely mini squats and quadriceps setting exercise. As many as 13 out of 17 people experienced an increase in the results of the post test that had been carried out.
ABSTRAK
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif berkaitan sendi yang sering mengenai golongan lanjut usia dikarenakan berkurangnya cairan synovial yang berfungsi sebagai pelumas pada sendi lutut. Diperlukan pengetahuan kepada lansia agar lebih mengenal Osteoarthritis serta gejala – gejala yang ditimbulkan. Sehingga para lansia lebih waspada dengan apa yang terjadi pada tubuhnya. Laporan kasus ini dilakukan di Komunitas Lansia Desa Malinau Seberang di Jl. PM Dinda Malinau Seberang, Kab Malinau. Kaimantan Utara. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk memberikan informasi mengenai osteoarthritis kepada komunitas lansia di desa Malinau Seberang. Metode penelitian ini adalah intervensi fisioterapi komunitas dan menggunakan Kuesioner Pre Test & Post Test untuk mengetahui pengetahuan lansia mengenai osteoarthritis serta memberikan home program berupa Closed Kinetic Chain Exercise yang diberikan yaitu mini squats dan quadriceps setting exercise. Sebanyak 13 dari 17 orang mengalami peningkatan pada hasil post test yang telah dilaksanakan.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-08-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2456
10.36341/jif.v5i02.2456
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 02 (2022): Agustus; 1-6
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2456/1263
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2566
2022-08-31T02:45:47Z
jif:ART
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2678
2022-08-30T08:20:28Z
jif:ART
Pengaruh Brain Gym dan Resistance Exercise Pada Lansia dengan Kondisi Demensia Untuk Meningkatkan Fungsi Kognitif
Pengaruh Brain Gym dan Resistance Exercise Pada Lansia dengan Kondisi Demensia Untuk Meningkatkan Fungsi Kognitif
Triyulianti, Sari
Ayuningtyas, Leila
ABSTRAK
Latar Belakang: Demensia adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan kognitif secara progresif yang mengganggu kemampuan fungsional secara mandiri. Demensia umumnya disebabkan oleh gangguan beberapa fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk memori, pemikiran, orientasi, pemahaman, pembelajaran, bahasa, dan penilaian. Demensia disebabkan oleh berbagai penyakit dan kondisi yang menyebabkan rusaknya sel-sel otak atau hubungan antar sel-sel otak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam otak dan latihan resistensi terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan kondisi demensia. Metode: Studi kasus tunggal dengan desain pre dan post test pada pria berusia 65 tahun dengan kondisi gangguan kognitif sedang. Brain gym dilakukan selama 20 menit, sedangkan latihan resistensi dilakukan selama 60 menit, tiga kali seminggu selama empat minggu. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) untuk mengevaluasi fungsi kognitif pada lansia. Hasil: Setelah diberikan intervensi selama empat minggu didapatkan hasil peningkatan fungsi kognitif. Hasil pada pengukuran awal sebelum diberikan intervensi didapatkan T0 = 23, dan pada evaluasi akhir tintervensi didapatkan T11= 25. Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa brain gym dan latihan resistensi dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia dengan kondisi demensia
ABSTRACT
ABSTRACT
Background: Dementia is a clinical syndrome characterized by progressive cognitive decline that interferes with the ability to function independently. Dementia is generally caused by disorders of some higher cortical functions, including memory, thought, orientation, understanding, learning, language, and assessment. Dementia is caused by various diseases and conditions that cause damaged of brain cells or connections between brain cells. The purpose of the study was to determine the effect of brain gym and resistance exercise to increase cognitive function in the elderly with dementia. Methods: Single case study with pre and post test design in 65 years old man with moderate cognitive impairment. Brain gym was carried out for 20 minutes, while resistance exercise was carried out for 60 minutes, three times a week for four weeks. The measurements used in this study used Mini Mental State Examination (MMSE) to evaluate the cognitive function in elderly. Results: After four weeks of treatment, the results showed an increase in cognitive function. The results of the initial measurement pre intervention obtained T0= 23, and at the post intervention T11= 25. Conclusion: The results of this study indicate that brain gym and resistance exercises can increase cognitive function in the elderly with dementia
LPPM Universitas Abdurrab
2022-08-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2678
10.36341/jif.v5i02.2678
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 02 (2022): Agustus; 22-26
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2678/1266
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2680
2022-08-30T08:20:28Z
jif:ART
Fisioterapi dengan Metode Senam Hamil Untuk Mengurangi Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester III
Fisioterapi dengan Metode Senam Hamil Untuk Mengurangi Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester III
Zein, Renni Hidayati
Dwiyani, Gita
Bacground: Pregnancy is a process that occurs between the fusion of sperm and ovum so that conception occurs until the birth of the fetus, the length of a normal pregnancy is 280 days or 40 weeks calculated from the first period of the last menstrual period (LMP). Low back pain (lumbago) is back pain that occurs in the lumbosacral area. Low back pain is discomfort that occurs below ribs and above the inferior gluteal area. Pregnancy exercise is a form of exercise that aims to strengthen the abdominal and flex the joints. Pregnancy exercise plays a role in strengthening contractions and maintaining the strength of the abdominal wall muscles, ligaments, pelvic floor muscles and others that withstand additional pressure to reduce low back pain. Purpose: To determine the effectiveness of pregnancy exercise to reduce back pain below in third trimester pregnant women. Research Method : case study presented in the form of descriptive narrative. The research subject consisted of 1 sample that met the sample criteria. The study was conducted for 12 times of therapy which was carried out on 13-12 May 2022 at the Rosita Midwife Clinic Pekanbaru. Evaluation using Numerical Rating Scale (NRS). Result: : This study showed that there was a decrease in pain from before the intervention with a silent pain value of 7, tenderness 5 and motion pain 7 until the 12th therapy obtained a silent pain value of 5, tenderness 2 and motion pain 4.Keywords: Pregnancy exercise, LBP.
Latar belakang Kehamilan adalah sebagai proses yang terjadi antara perpaduan sel sperma dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir (HPHT). Nyeri punggung bawah (Nyeri pinggang) adalah nyeri punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung bawah ialah ketidaknyamanan yang terjadi di bawah costa dan di atas bagian inferior glueteal. Senam hamil merupakan bentuk latihan yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot abdomen dan melenturkan persendian. Senam hamil berperan untuk memperkuat kontraksi dan mempertahankan kekuatan otot-otot dinding perut, ligament-ligamen, otot-otot dasar panggul dan lain-lain yang menahan tekanan tambahan untuk mengurangi nyeri punggung bawah.Tujuan penelitian: Untuk mengetahui efektivitas senam hamil untuk mengurangi nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester 3. Metode penelitian: studi kasus yang disajikan dalam bentuk narasi deskriptif. Subjek penelitian terdiri dari 1 sampel yang memenuhi kriteria sampel. Penelitian dilakukan selama 12 kali terapi yang dilakukan tanggal 13 – 12 Mei 2022 di Klinik Bidan Rosita Pekanbaru. Evaluasi menggunakan Numerical Rating Scale (NRS). Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan nyeri dari sebelum intervensi dengan nilai nyeri diam 7, nyeri tekan 5 dan nyeri gerak 7 hingga terapi ke 12 didapatkan nilai nyeri diam 5, nyeri tekan 2 dan nyeri gerak 4. Kesimpulan: Pemberian senam hamil dapat mengurangi nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester 3.
Kata kunci: Senam Hamil, Low back pain.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-08-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2680
10.36341/jif.v5i02.2680
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 02 (2022): Agustus; 14-21
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2680/1265
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2688
2022-08-30T08:20:28Z
jif:ART
Pengaruh Neuromuscular Taping Dan Contract Relax Stretching Pada Kondisi Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius Terhadap Penurunan Nyeri Leher
Pengaruh Neuromuscular Taping Dan Contract Relax Stretching Pada Kondisi Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius Terhadap Penurunan Nyeri Leher
Triyulianti, Sari
ABSTRAK
Latar Belakang: Myofacial trigger point syndrome otot upper trapezius adalah nyeri pada suatu titik/tempat hiperiritabel pada otot atau fascia yang disebabkan oleh adanya trauma ataupun pembebanan akibat dari kerja otot yang terjadi secara terus-menerus. Otot yang bekerja secara berlebihan akan menyebabkan kontraksi terus menerus yang akan menyebabkan otot menjadi tegang sehingga timbul spasme, kekakuan, adhesi serta penurunan sirkulasi darah yang merupakan pemicu timbulnya trigger point di otot yang menegang. Kondisi ini ditemukan pada posisi beraktivitas dengan posisi yang tidak ergonomis dalam jangka waktu lama terutama pada area leher khususnya otot upper trapezius yang sering ditemukan berkontraksi berlebihan mempertahankan postur kepala yang cenderung jatuh ke depan karena kekuatan gravitasi atau berat kepala itu sendiri. Kontraksi berlebih memicu timbulnya trigger points pada taut band yang menimbulkan myofascial pain syndrome sehingga akan berdampak pada nyeri leher. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pengaruh neuromuscular taping dan contract relax stretching pada kondisi myofascial pain syndrome otot upper trapezius terhadap penurunan nyeri leher. Metode: penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan dengan desain pre dan post test pada 14 orang yang diambil secara acak sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Intervensi yang diberikan berupa neuromuscular taping dan contract relax stretching dan pengukuran nyeri diukur dengan visual analog scale (VAS). Data diolah dan dianalisa dengan aplikasi software SPSS 21. Hasil: Hasil uji hipotesis didapatkan dengan p = 0,000 berarti p<0,05 maka ada pengaruh pemberian neuromuscular taping dan contract relax stretching terhadap nyeri leher pada kondisi myofascial pain syndrome otot upper trapeziu . Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian neuromuscular taping dan contract relax stretching dapat mengurangi nyeri leher pada kondisi myofascial pain syndrome otot upper trapezius
ABSTRACT
Background: Myofacial trigger point syndrome of the upper trapezius muscle is pain in a hyperirritable point/place in the muscle or fascia caused by trauma or loading due to continuous muscle work. Muscles that work excessively will cause continuous contractions which will cause tense, causing spasms, stiffness, adhesions and decreased blood circulation which triggers the emergence of trigger points in tense muscles. This condition is found in all people with unergonomic position for long periods of time in the neck area, especially the upper trapezius muscle which is often found to be excessively contracted, maintaining a head posture that tends to fall forward due to the force of gravity or the weight of the head. Excessive contraction triggers the emergence of trigger points in the link band which causes myofascial pain syndrome so that it will have an impact on neck pain. The purpose of this study was to determine the effect of neuromuscular taping and contract relax stretching on myofascial pain syndrome of the upper trapezius muscle on reducing neck pain. Methods: This study used an experimental method with a pre and post test design on 14 people who were taken randomly according to the inclusion criteria and exclusion criteria. The intervention is neuromuscular taping and contract relax stretching. Pain measurements were measured using a visual analog scale (VAS). The data is processed and analyzed with the SPSS 21. Results: The results of the hypothesis test were obtained with p = 0.000 meaning p <0.05, so there was an effect of neuromuscular taping and contract relax stretching on neck pain in myofascial pain syndrome of the upper trapezius muscle. Conclusion: The results of this study indicate that neuromuscular taping and contract relax stretching can reduce neck pain in myofascial pain syndrome of the upper trapezius muscle.
LPPM Universitas Abdurrab
2022-08-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2688
10.36341/jif.v5i02.2688
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 02 (2022): Agustus; 34-38
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2688/1268
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2691
2022-08-30T08:20:28Z
jif:ART
Pengaruh Intervensi Gym Ball Exercise Dan Neyromuscular Taping Mengurangi Skala Nyeri Pada Pasien Low Back Pain (LBP) Myogenik
Pengaruh Intervensi Gym Ball Exercise Dan Neyromuscular Taping Mengurangi Skala Nyeri Pada Pasien Low Back Pain (LBP) Myogenik
Rizal, Yose
Low Back Pain (LBP) Miogenic is pain around the lower back that arises due to disturbances or abnormalities in the musculoskeletal elements without being accompanied by neurological disorders. Low Back Pain (LBP) Miogenic related to excessive daily activities, heavy weight lifting, standing too long or sitting in the wrong position. The purpose of this study was to determine the effect of Gym Ball Exercise (GBE) and Neuromuscular Taping (NMT) interventions in reducing pain scale in Myogenic Low Back Pain (LBP) patients. This study uses a Quasi Experimental method with One group pre-test and post-test design. The sample of this study amounted to 18 patients who performed physiotherapy. Data analysis using Wilcoxon Statistical Test. Based on the analysis, it was found that there was a significant change in the patient's pain score before and after physiotherapy (P<0.001) so it was concluded that the administration of Gym Ball Exercise (GBE) and Neuromuscular Taping (NMT) was effective in reducing the pain scale of patients with Low Back Pain (P<0.001). LBP) Miogenic. From the results of this study, giving Gym Ball Exercise (GBE) and Neuromuscular Taping (NMT) can be an alternative in the implementation of physiotherapy in patients with Miogenic Low Back Pain (LBP).
Keywords : Low Back Pain (LBP) Miogenic, Pain, Gym Ball Exercise (GBE),
Neuromuscular Taping (NMT
Low Back Pain (LBP) Miogenic merupakan nyeri di sekitar punggung bawah yang timbul akibat adanya gangguan atau kelainan pada unsur muskuloskeletal tanpa di sertai dengan gangguan neurologi. Low Back Pain (LBP) Miogenic berhubungan dengan aktivitas sehari-hari yang berlebihan, mengangkat beban yang berat, terlalu lama berdiri atau duduk dengan posisi yang salah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi Gym Ball Exercise (GBE) dan Neuromuscular Taping (NMT) dalam mengurangi skala nyeri pada pasien Low Back Pain (LBP) Myogenik. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental dengan One group pre- test dan post-test design. Sampel penelitian ini berjumlah 18 orang pasien yang melakukan tindakan fisioterapi. Analisis data menggunakan Uji Statistik Wilcoxon. Berdasarkan analisis diperoleh bahwa adanya perubahan yang signifikan terhadap nilai nyeri pasien sebelum dan sesudah tindakakn fisioterapi (P<0,001) sehingga disimpulkan bahwa pemberian tindakan Gym Ball Exercise (GBE) dan Neuromuscular Taping (NMT) efektif dalam menurunkan skala nyeri pasien dengan Low Back Pain (LBP) Miogenic. Dari hasil penelitian ini maka pemberian Gym Ball Exercise (GBE) dan Neuromuscular Taping (NMT) bisa menjadi alternatif dalam pelaksaan fisioterapi pada pasien dengan Low Back Pain (LBP) Miogenic.
Kata Kunci : Low Back Pain (LBP) Miogenic, Nyeri, Gym Ball Exercise (GBE),
Neuromuscular Taping (NMT)
LPPM Universitas Abdurrab
2022-08-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2691
10.36341/jif.v5i02.2691
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 5 No 02 (2022): Agustus; 27-33
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2691/1267
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2749
2023-03-02T05:46:40Z
jif:ART
ANALISIS HUBUNGAN DURASI DAN POSISI DUDUK TERHADAP RESIKO LOW BACK PAIN PADA KARYAWAN PUSKESMAS DINOYO
Rosadi, Rakhmad
Rachel, Sisilia Rabecha
Baruna, Arys Hasta
Wardojo, Sri Sunaringsih Ika
Latar Belakang: Low Back Pain merupakan salah satu dari sekian permasalahan yang menyerang para karyawan, yang ditandai dengan nyeri punggung bawah akut maupun kronis hingga tak jarang sampai menjalar. Kondisi ini mengakibatkan menurunnya produktivitas karyawan, bahkan kegiatan sehari-harinya seperti berjalan maupun mengangkat beban. Faktor yang berperan dalam kondisi ini meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, durasi kerja, sikap kerja, serta riwayat kerja. Tujuan Penelitian: Untuk menganalisa apakah ada hubungannya antara durasi dan posisi duduk dengan keluhan low back pain pada para karyawan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain survey, dimana penelitian ini memanfaatkan 2 alat instrument seperti oswestry disability index (ODI) dan numerical rating scale (NRS) untuk mendapatkan informasi. Desain ini juga menggunakan data sekunder berupa sejumlah jurnal yang didapat melalui databe seperti google scholar dan pubmed dalam kurun waktu 2010-2020. Kesimpulan: Setelah dilakukan analisa, didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh antara durasi dan posisi duduk tertentu dengan durasi waktu yang lama terhadap resiko low back pain pada karyawan di Puskesmas Dinoyo
Background: Low Back Pain is one of the many problems that affect employees, which is characterized by acute and chronic low back pain that often spreads. This condition results in a decrease in employee productivity, even in their daily activities such as walking or lifting weights. Factors that play a role in this condition include age, gender, length of service, duration of work, work attitude, and work history. Research Objectives: To analyze whether there is a relationship between duration and sitting position with complaints of low back pain in employees. Research Methods: This study uses a survey design, where this study uses 2 instruments such as the Oswestry Disability Index (ODI) and the Numerical Rating Scale (NRS) to obtain information. This design also uses secondary data in the form of a number of journals obtained through databases such as Google Scholar and Pubmed in the 2010-2020 period. Conclusion: After analyzing, it was found that there was an influence between duration and a certain sitting position with a long duration of time on the risk of low back pain in employees at the Dinoyo Health Center.
LPPM Universitas Abdurrab
2023-03-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2749
10.36341/jif.v6i01.2749
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 01 (2023): Februari; 12-16
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2749/1431
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2839
2023-03-02T05:46:40Z
jif:ART
NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK PADA LANSIA : LAPORAN KASUS
Nafila, Diana Silvi
Rosidah, Nikmatur
Sumarsono, Nanang Heru
Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melaporkan intervensi fisioterapi yang dapat diberikan untuk kondisi nekrolisis epidermal toksik pada lansia setelah mengkonsumsi obat golongan NSAID. Intervensi fisioterapi terdiri dari latihan Range of Motion (ROM) secara aktif dan pasif untuk meningkatkan rentang gerak pada seluruh regio tubuh, latihan pernapasan dengan teknik deep breathing untuk relaksasi otot-otot pernapasan dan meningkatkan fungsi ventilasi paru dan latihan positioning untuk mengurangi komplikasi yang diakibatkan oleh imobilisasi dan dapat meningkatkan rasa nyaman karena dapat mengurangi tekanan yang menetap pada beberapa bagian tubuh akibat posisi statis. Pemeriksaan fisioterapi diukur dan ditulis untuk mengetahui kondisi pasien sebelum intervesi diberikan. Dalam kondisi NET fisioterapi dapat berkontribusi dalam insiden NET untuk rehabilitasi fisik untuk mencegah penururnan fungsi tubuh pasien
Kata Kunci: Nekrolisis Epidermal Toksik, Sindrom Steven Johnson, Intervensi Fisioterapi.
The purpose of this case study is to report on physiotherapy interventions that can be given for toxic epidermal necrolysis in the elderly after taking NSAIDs. Physiotherapy interventions consist of active and passive Range of Motion (ROM) exercises to increase range of motion in all body regions, breathing exercises with deep breathing techniques to relax the respiratory muscles and improve pulmonary ventilation function and positioning exercises to reduce complications caused by immobilization and can increase comfort because it can reduce the pressure that persists on some parts of the body due to a static position. Physiotherapy examinations were measured and written to determine the patient's condition before intervention. In TEN conditions, physiotherapy can contribute to the incidence of TEN for physical rehabilitation to prevent the patient's body function from decreasing.
LPPM Universitas Abdurrab
2023-03-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2839
10.36341/jif.v6i01.2839
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 01 (2023): Februari; 6-11
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2839/1430
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2842
2023-03-02T05:46:40Z
jif:ART
STUDI KASUS : EFEKTIVITAS TERAPI LATIHAN ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE (ACBT) PADA ASMA BRONKIAL
Syafriningrum, Iftitah Rahmawati
Sumarsono, Nanang Heru
Background : Asthma is a condition in which people with overactive airways experience cough, shortness of breath and reversible airways. Asthma affects more than 5% of the world's population, and some indicators show that its prevalence is increasing. In general, the treatment of asthma bronchial is divided into two parts, namely pharmacological and non-pharmacological. One of the non-pharmacological treatments for asthmatic patients is the Active Cycle of Breathing Technique (ACBT), which consists of Breathing Control (BC), Thoracic Expansion Exercise (TEE), and Forced Expiration Technique (FET).
Research Methods : The research method is experimental, case studies are used in the research design, and data collection techniques are used Pre and Post drops. The sampling technique is random sampling. Examination of dyspnea from respiratory rate and borg scale, while for examination of thorax expansion using the mid line.
Result : After doing therapy 3 times, there was a decrease in shortness as evidenced by the Borg scale from a scale of 5 to a scale of 3, a decrease in respiratory rate from 28 to 23 and measurements of thorax expansion which showed a difference in increase.
Conclution : Based on these results, it can be concluded that physiotherapy intervention with ACBT exercise therapy is effective in bronchial asthma patients.
Latar belakang : Asma adalah suatu kondisi di mana orang dengan saluran udara yang terlalu aktif mengalami batuk, sesak napas dan penyempitan saluran udara yang reversibel. Asma mempengaruhi lebih dari 5% populasi dunia, dan beberapa indikator menunjukkan bahwa prevalensinya terus meningkat. Secara umum, pengobatan asma bronkial dibagi menjadi dua bagian, yaitu farmakologis dan nonfarmakologis. Salah satu penanganan nonfarmakologis pada pasien asma adalah Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) yang terdiri dari Breathing Control (BC), Thoracic Expansion Exercise (TEE), dan Forced Expiration Technique (FET).
Metode penelitian : Metode penelitian adalah eksperimental, studi kasus digunakan dalam desain penelitian, dan teknik pengumpulan data digunakan Pre dan Post tets. Teknik pengambilan sampel adalah random sampling. Pemeriksaan dyspnea dari respiratory rate dan skala borg, sedangkan untuk pemeriksaaan ekspansi thorax menggunakan mid line.
Hasil : Setelah dilakukannya terapi sebanyak 3 kali yaitu terjadi penurunan sesak yang dibuktikan dengan Borg scale dari skala 5 menjadi skala 3, penurunan respiratory rate dari 28 menjadi 23 dan pengukuran ekspansi thorax yang menunjukkan adanya selisih peningkatan.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa intervensi fisioterapi dengan terapi latihan ACBT efektif digunakan pada pasien asma bronkial.
LPPM Universitas Abdurrab
2023-03-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2842
10.36341/jif.v6i01.2842
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 01 (2023): Februari; 17-22
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2842/1432
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2860
2023-04-17T06:23:49Z
jif:ART
HUBUNGAN KEKUATAN CORE STABILITY DENGAN FLEKSIBILITAS LOWER LIMB PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA
HUBUNGAN KEKUATAN CORE STABILITY DENGAN FLEKSIBILITAS LOWER LIMB PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA
Prabowo, Eko
Syahlaa, Putri Laila
Old age is often associated with an age that is no longer productive, it is even said to be a burden for those of productive age. These changes will affect balance, flexibility and strength in posture. Core stability is an important aspect ofposture. Flexibility can be defined as the ability to move freely and comfortably within the maximum expected range of motion. The purpose of this study was to determine the relationship between core stability strength and lower limb flexibility in the elderly. This study uses a descriptive correlation research with a cross sectional model. The measuringinstrument used in this study is flexibility using the Chair Sit and Reach Test and for core stability using the Sit Up Test, and a large sample of 31 elderly people in the Budi Mulia nursing home. The data analysis used is univariate and bivariate analysis. The results of research that has been carried out using the Spearman Rho correlation test method can be concluded that there is no relationship between core stability strength and lower limb flexibility in the elderly. The conclusion is suggested with a larger sample size and a more precise research screening, to be able to find the characteristics of a wider range of respondents which is expected to be wider.
Old age is often associated with an age that is no longer productive, it is even said to be a burden for those of productive age. These changes will affect balance, flexibility and strength in posture. Core stability is an important aspect ofposture. Flexibility can be defined as the ability to move freely and comfortably within the maximum expected range of motion. The purpose of this study was to determine the relationship between core stability strength and lower limb flexibility in the elderly. This study uses a descriptive correlation research with a cross sectional model. The measuringinstrument used in this study is flexibility using the Chair Sit and Reach Test and for core stability using the Sit Up Test, and a large sample of 31 elderly people in the Budi Mulia nursing home. The data analysis used is univariate and bivariate analysis. The results of research that has been carried out using the Spearman Rho correlation test method can be concluded that there is no relationship between core stability strength and lower limb flexibility in the elderly. The conclusion is suggested with a larger sample size and a more precise research screening, to be able to find the characteristics of a wider range of respondents which is expected to be wider.
LPPM Universitas Abdurrab
2023-03-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2860
10.36341/jif.v6i01.2860
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 01 (2023): Februari; 31-36
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2860/1434
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/2873
2023-03-02T05:46:40Z
jif:ART
INTERVENSI FISIOTERAPI UNTUK MENGATASI KELUHAN PADA KNEE OSTEOARTHRITIS DI RSUD IDAMAN BANJARBARU : STUDI KASUS
INTERVENSI FISIOTERAPI UNTUK MENGATASI KELUHAN PADA KNEE OSTEOARTHRITIS DI RSUD IDAMAN BANJARBARU : STUDI KASUS
Rawina, Rawina
Rahmani, Riza
Baruna, Arys Hasta
Laki-laki 65 tahun dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak satu tahun yang lalu, terutama saat jongkok berdiri, naik turun tangga dan berjalan jauh. Pasien memiliki riwayat berjalan setiap harinya dengan jarak 5 km. Pemeriksaan VDS diam, penekanan, gerak secara berturut-turut didapatkan 1,3, dan 5. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan, teraba hangat, krepitasi, serta ROM terbatas pada gerakan ekstensi lutut. Pemeriksaan fungsi Western Ontario and McMaster Universities artritis index (WOMAC) didapatkan interpretasi moderate. Pemeriksaan radiologi diapatkan kesimpulan Osteoarthritis. Pasien didiagnosis dengan osteoarthritis. Pasien kemudian diberikan terapi menggunakan Ultrasound 1Hz 0,2W/cm2, Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) 25mA, latihan quadricep setting excersice, dan passive streching excercise dimana terapi diberikan sebanyak 3 kali. Pada akhir terapi pasien akan dievaluasi ulang dengan WOMAC dimana didapatkan hasil terdapat peningkatan fungsi dan penurunan nyer
A 65-year-old man with complaints of pain in both knees since one year ago, especially when squatting, standing, going up and down stairs and walking long distances. The patient has a history of walking every day with a distance of 5 km. The VDS examination was silent, suppressed, and movement was found to be 1,3, and 5. On physical examination, there was tenderness, palpable warmth, crepitus, and limited ROM on knee extension movements. Functional examination of the Western Ontario and McMaster Universities arthritis index (WOMAC) obtained a moderate interpretation. Radiological examination found the conclusion of Osteoarthritis. The patient was diagnosed with osteoarthritis. The patient was then given therapy using Ultrasound 1Hz 0.2W/cm2, Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) 25mA, quadricep setting exercise, and passive stretching exercise where the therapy was given 3 times. At the end of therapy the patient will be re-evaluated with WOMAC where the results are results in an increase in function and a decrease in pain
LPPM Universitas Abdurrab
2023-03-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2873
10.36341/jif.v6i01.2873
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 01 (2023): Februari; 23-30
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/2873/1433
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/3158
2023-03-02T05:46:40Z
jif:ART
HUBUNGAN USIA DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN VO2MAX PADA PEMAIN BASKET DI MATARAM BASKETBALL SCHOOL DAN BIMA PERKASA ACADEMY
Wulandari, Rizky
Latar Belakang: Dalam kegiatan olahraga, atlet harus memiliki tingkat VO2Max yang baik. VO2Max adalah tingkat konsumsi oksigen tertinggi yang dapat dicapai selama latihan maksimal atau submaksimal. Pada dasarnya VO2Max dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia dan indeks massa tubuh (IMT). Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan usia dan Indeks Massa Tubuh dengan VO2Max pada pemain basket di Mataram Basketball School dan Bima Perkasa Academy. Metode Penelitian: Metodologi yang digunakan untuk penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Teknik total sampling digunakan sebagai metode pengambilan sampel. Subyek pada penelitian ini adalah pemain basket berusia 13-18 tahun di Mataram Basketball School dan Bima Perkasa Academy. Pengukuran VO2Max menggunakan Cooper Test dan pengukuran berat, tinggi dan usia dilihat dari data profil pemain. Hasil Penelitian: Hasil uji korelasi dengan pearson test antara usia dan VO2Max diperoleh nilai p = 0,017 (p < 0,05), sedangkan antara Indeks Massa Tubuh dan VO2Max yaitu p = 0,025 (p <0,05). Kesimpulan: Ada hubungan usia dan Indeks Massa Tubuh dengan VO2 Max pada pemain basket di Mataram Basketball School dan Bima Perkasa Academy. Saran: Responden disarankan untuk menjaga pola makan dan memperhatikan indeks massa tubuh, mengukur indeks massa tubuh dan VO2Max secara teratur, dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi VO2Max.
Background: In sports activities, athletes must have a good VO2Max level. VO2Max is the highest oxygen consumption rate that can be achieved during maximal or submaximal exercise. Basically VO2Max is influenced by several factors, such as age and body mass index (BMI). Research Objectives: To determine the relationship between age and body mass index with VO2Max in basketball players at Mataram Basketball School and Bima Perkasa Academy. Research Methods: The methodology used for this research is cross-sectional with a quantitative approach. The total sampling technique is used as the sampling method. The subjects of this study were basketball players aged 13-18 years at Mataram Basketball School and Bima Perkasa Academy. VO2Max measurements using the Cooper Test and measurements of weight, height and age seen from player profile data. Research results: The results of the correlation test with the Pearson test between age and VO2Max obtained a value of p = 0.017 (p <0.05), while between Body Mass Index and VO2Max, it was p = 0.025 (p <0.05). Conclusion: There is a relationship between age and body mass index with VO2 max in basketball players at Mataram Basketball School and Bima Perkasa Academy. Suggestion: Respondents are advised to maintain their diet and pay attention to body mass index, measure body mass index and VO2Max regularly, and it is hoped that future researchers can conduct research on other factors that affect VO2Max
LPPM Universitas Abdurrab
2023-03-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3158
10.36341/jif.v6i01.3158
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 01 (2023): Februari; 1-5
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3158/1429
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/3205
2023-08-25T06:20:58Z
jif:ART
EFEKTIVITAS MIRROR THERAPY TERHADAP PENINGKATAN MOTOR SKILL EKSTREMITAS ATAS PADA KASUS STROKE : LITERATURE REVIEW
Pratama, Aditya Denny
Zahra, Mufida
Stroke merupakan defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba disebabkan oleh gangguan vaskular berupa kekurangan suplai oksigen ke otak yang berlangsung lebih dari 24 jam sehingga mengakibatkan kerusakan atau nekrosis jaringan otak. Masalah klinis yang biasanya ditemukan antara lain, gangguan motorik, berbahasa, sensoris, kognitif dan emosional. Salah satu metode terapi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik ekstremitas atas pada pasien stroke adalah mirror therapy. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas mirror therapy terhadap peningkatan motor skill ekstremitas atas pada kasus stroke. Studi ini merupakan studi literature review dengan metode yang digunakan naratif. Dilakukan penelusuran bukti terhadap 5 database yaitu, Proquest, Scopus, Science Direct, Sage Publications dan Taylor and Francis. Kata kunci yang digunakan adalah “Mirror Therapy” AND “Stroke” AND “Upper Limb OR Upper Extremity” AND “Motor Skill” dengan kriteria inklusi artikel full teks, diagnosis medis sesuai dan publikasi 5 tahun terakhir. Terdapat 6 artikel yang akan di-review. Berdasarkan review yang dilakukan pada 6 artikel penelitian, 4 diantaranya menyatakan bahwa bahwa mirror therapy efektif untuk meningkatkan motor skill ekstremitas atas pada pasien stroke dengan berbagai macam parameter seperti fulg-meyer assessment test upper extremity (FMA-UE), action research arm test (ARAT), box and block test dan wolf motor functional test (WMFT).
Stroke is a neurological deficit that occurs suddenly caused by vascular disorders in the form of a lack of oxygen supply to the brain that lasts more than 24 hours, resulting in damage or necrosis of brain tissue. Clinical problems that are usually found include motor, language, sensory, cognitive and emotional disorders. One of the therapeutic methods that can be used to improve upper extremity motor skills in stroke patients is mirror therapy. The purpose of this study was to determine the effectiveness of mirror therapy to increase upper extremity motor skills in stroke cases. This study is a literature review study with a narrative method used. An evidence search was conducted on 5 databases, namely, Proquest, Scopus, Science Direct, Sage Publications and Taylor and Francis. The keywords used were “Mirror Therapy” AND “Stroke” AND “Upper Limb OR Upper Extremity” AND “Motor Skill” with the inclusion criteria of full text articles, appropriate medical diagnosis and the last 5 years publication. There are 6 articles that will be reviewed. Based on a review conducted on 6 research articles, 4 of them stated that mirror therapy is effective for improving upper extremity motor skills in stroke patients with various parameters such as the upper extremity full-meyer assessment test (FMA-UE), action research arm test (ARAT). ), box and block test and wolf motor functional test (WMFT)
LPPM Universitas Abdurrab
2023-08-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3205
10.36341/jif.v6i02.3205
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 02 (2023): Agustus; 1-16
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3205/1588
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/3320
2023-08-25T06:20:58Z
jif:ART
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI LATIHAN BERBASIS AIR TERHADAP KESEIMBANGAN PASIEN STROKE
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI LATIHAN BERBASIS AIR TERHADAP KESEIMBANGAN PASIEN STROKE
Hayuningrum, Cicilia
Fatimah, Danisa Nurul
Pisesi, Martini
Lathifatul, Mutiara
Background: Stroke is a clinical sign that is rapidly developing as a result of impaired focal brain function accompanied by symptoms that last for more than 24 hours and can cause death. Problems that are often encountered in stroke patients include balance disorders, movement coordination, and disturbances in muscle strength. Hydrotherapy is a method of air that depends on the body's response. The application of hydrotherapy to stroke patients is beneficial for improving body balance, lowering blood pressure, and for body fitness.
Purpose: To determine the effect of giving hydrotherapy exercises to the patient's stroke balance.
Method: The method used in preparing this article is by searching articles through PubMed, Sage Journal, BMC.
Result: The number of articles selected based on search results is 10.
Conclusion: Providing hydrotherapy exercises to stroke patients can improve the patient's balance and coordination of movements
Latar belakang: Stroke adalah tanda klinis yang cepat dalam perkembangannya akibat terganggunya fungsi otak fokal, disertai gejala yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan dapat menyebabkan kematian. Permasalahan yang banyak ditemui pada pasien stroke ialah gangguan keseimbangan, koordinasi gerak, dan gangguan terhadap kekuatan otot. Hidroterapi merupakan metode terhadap air yang bergantung terhadap respon tubuh. Penerapan hidroterapi pada pasien stroke bermanfaat untuk meningkatkan keseimbangan tubuh, menurunkan tekanan darah, serta untuk kebugaran tubuh.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan hidroterapi terhadap keseimbangan pasien stroke.
Metode: Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah dengan penelusuran artikel melalui PubMed, Sage Journal, BMC.
Hasil: Jumlah artikel yang dipilih berdasarkan hasil penelusuran berjumlah 10.
Kesimpulan: Pemberian latihan hidroterapi pada pasien stroke dapat meningkatkan keseimbangan dan koordinasi gerakan pasien tersebut.
LPPM Universitas Abdurrab
2023-08-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3320
10.36341/jif.v6i02.3320
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 02 (2023): Agustus; 17-22
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3320/1589
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/3827
2023-08-25T06:20:58Z
jif:ART
PNEUMOTHORAKS EC TB PARU: LAPORAN KASUS
Manihuruk, Dewi Murni
Rukmana, Siska Andriani
A 39-year-old male patient came to the emergency department of the hospital with complaints of shortness of breath since 4 days ago. Shortness of breath was accompanied by a cough without phlegm, right chest pain, fever, and weight loss. History of long cough and history of trauma were denied. The patient is an active smoker since ± 17 years. Vital signs examination found blood pressure, pulse and temperature within normal limits, respiratory frequency 26 x/min, SpO2 96%. The patient's nutritional status was 15.2 (underweight). Physical examination of the thorax inspection was asymmetrical, the dextra hemithorax was left behind, on palpation there was asymmetrical tactile fremitus, percussion was hypersonic in the dextra hemithorax, and the breath sound was weakened in the dextra hemithorax. The patient underwent a supporting examination in the form of routine blood laboratory tests, BTA tests, and HIV screening as well as X-rays. The results of routine blood laboratory tests were within normal limits, TCM TB sputum examination was absent. Thoracic x-ray examination with the impression of dextra pneumothorax. The patient was diagnosed with dextra pneumothorax with pulmonary TB. The patient was fitted with a WSD, and managed with antituberculosis drugs (OAT).
Seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun datang ke bagian IGD RS dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari yang lalu. Sesak napas disertai batuk tidak berdahak, nyeri dada kanan, demam, dan penurunan berat badan. Riwayat batuk lama dan riwayat trauma disangkal. Pasien merupakan perokok aktif sejak ±17 tahun. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan tekanan darah, nadi dan suhu dalam batas normal, frekuensi napas 26 x/menit, SpO2 96%. Status gizi pasien 15,2 (underweight). Pemeriksaan fisik thoraks inspeksi asimetris, hemithoraks dextra tertinggal, pada palpasi teraba fremitus taktil asimetris, perkusi hipersonor pada hemithoraks dextra, dan suara napas melemah hemithoraks dextra. Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah rutin, pemeriksaan BTA, dan skrining HIV serta pemeriksaan rontgen. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dalam batas normal, pemeriksaan TCM TB sputum tidak ada. Pemeriksaan rontgen thoraks dengan kesan pneumothoraks dextra. Pasien didiagnosis mengalami pneumothoraks dextra dengan TB paru. Pada pasien dilakukan pemasangan WSD, dan tatalaksana dengan obat antituberculosis (OAT)
LPPM Universitas Abdurrab
2023-08-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3827
10.36341/jif.v6i02.3827
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 02 (2023): Agustus; 31-36
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3827/1592
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/3828
2023-08-25T06:20:58Z
jif:ART
EFUSI PLEURA DEXTRA EC. TB PARU: LAPORAN KASUS
Nofriandi, Fahmi
Hindarti, Astri
Islami, Puan Sadila
Pleural effusion is the accumulation of fluid in the pleural cavity due to transudation or excessive exudation from the pleural surface. In western countries, pleural effusion is mainly caused by congestive heart failure, cirrhosis of the liver, malignancy, and bacterial pneumonia, while in developing countries, such as Indonesia, it is commonly caused by tuberculosis infection. Good management is needed in tackling this pleural effusion, namely removing the fluid immediately and treating the cause so that the results will be satisfactory. This case reports a male twenty seven years complaining of shortness of breath since 1 week ago. Patients also complain of coughing, sweating at night, decreased body weight and fever. On physical examination of the thorax, right chest movement lags when breathing, palpation of tactile fremitus of the right lung is weak, dull percussion of the right lung is at ICS VII-X and vesicular auscultation is weakened at ICS VII-X right lung and crackles are found in both lung fields. Chest X-ray examination showed right pleural effusion. So that the diagnosis of pleural effusion dextra ec. pulmonary TB. The patient was managed with pleural puncture and OAT treatment
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis. Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura ini, yaitu pengeluaran cairan dengan segera serta pengobatan terhadap penyebabnya sehingga hasilnya akan memuaskan. Kasus ini melaporkan seorang laki-laki berusia 27 tahun mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan batuk, berkeringat saat malam hari, BB menurun dan demam. Pada pemeriksaan fisik thoraks, pergerakan dada kanan tertinggal saat bernafas, palpasi fremitus taktil paru kanan melemah, perkusi redup pada paru kanan setinggi ICS VII-X dan auskultasi vesicular melemah setinggi ICS VII-X paru kanan serta ditemukan ronki di kedua lapang paru. Pemeriksaan rontgen thoraks menunjukan efusi pleura dextra. Sehingga didapatkan diagnosis efusi pleura dextra ec. TB paru. Pasien ditatalaksana dengan torakosintesis dan pengobatan OAT.
LPPM Universitas Abdurrab
2023-08-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3828
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 02 (2023): Agustus; 23-26
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3828/1590
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/3832
2023-08-25T06:53:10Z
jif:ART
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN PENERAPAN KOMBINASI ULTRASOUND (US) DAN NEUROMUSCULAR TAPING (NMT) DALAM MENURUNKAN SKALA NYERI PADA KONDISI TRIGGER FINGER
Rizal, Yose
Trigger finger, also known as stenosing tenosynovitis, is a common hand disorder. A trigger finger is a limited or locked finger when bent and stretched. Disproportionate thickening and narrowing of the retinacular sheath relative to the flexor tendons occurs due to hypertrophy and metaplasia of fibrocartilage on the surface of the tendon pulleys. The main clinical finding is a temporary locking of the finger when bent, followed by a painful snap when extended. The purpose of this study was to determine the decrease in trigger finger pain after the administration of Ultrasound (US) and Neuromuscular Taping (NMT) interventions. This study uses the case study method. The sample for this study was a 42-year-old woman who was given physiotherapy intervention in the form of a combination of Ultrasound (US) and Neuromuscular Taping (NMT) six times for two weeks. Pain was measured by the Visual Analogue Scale (VAS). The results of the study show that giving Ultrasound (US) and Neuromuscular Taping (NMT) can reduce pain in trigger finger sufferers.
Keywords: Trigger Finger, Ultrasound, Neuromuscular Tapping (NMT), Pain
Trigger finger, juga dikenal sebagai Stenosing Tenosynovitis, adalah kelainan tangan yang umum terjadi. Trigger finger adalah terbatasnya atau terkuncinya jari saat ditekuk dan direntangkan. Penebalan dan penyempitan selubung retinakular yang tidak proporsional terhadap tendon fleksornya terjadi karena hipertrofi dan metaplasia fibrokartilago pada permukaan katrol tendon. Temuan klinis utamanya adalah terkuncinya sementara pada jari saat ditekuk diikuti dengan jentikan yang menyakitkan saat dijulurkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan nyeri Trigger Finger setelah pemberian intervensi Ultrasound (US) dan Neuromuscular Taping (NMT). Penelitian ini menggunakan metode Case Study. Sampel penelitian ini adalah seorang wanita usia 42 tahun yang diberikan intervensi fisioterapi berupa kombinasi Ultrasound (US) dan Neuromuscular Taping (NMT) sebanyak 6 kali selama 2 minggu. Nyeri diukur dengan Visual Analogue Scale (VAS). Hasil penelitian menunjukkan pemberian Ultrasound (US) dan Neuromuscular Taping (NMT) dapat menurunkan nyeri pada penderita Trigger Finger.
Kata Kunci : Trigger Finger, Ultrasound, Neuromuscular Taping (NMT), Nyeri
LPPM Universitas Abdurrab
2023-08-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3832
10.36341/jif.v6i02.3832
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 02 (2023): Agustus; 27-30
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3832/1591
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/3838
2023-08-25T06:52:37Z
jif:ART
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN PENERAPAN KOMBINASI MYOFASCIAL RELEASE DAN NEUROMUSCULAR TAPING (NMT) DALAM MENINGKATKAN FUNGSIONAL KAKI PADA KONDISI PLANTAR FASCIITIS
Rizal, Yose
Plantar fasciitis is the most common diagnosis for heel pain. Plantar fasciitis is degeneration of the plantar fascia due to repeated micro-tears in the fascia that cause an inflammatory reaction and is not a primary inflammatory process as most people believe. The cause of plantar fasciitis is unknown but is believed to be multifactorial, with abnormal biomechanics and delayed healing being the most likely causes. The purpose of this study was to determine the decrease in plantar fasciitis pain after Myofascial Release and Neuromuscular Taping (NMT) interventions. This study uses the case study method. The sample for this study was a 28-year-old man who was given physiotherapy intervention in the form of a combination of Myofascial Release and Neuromuscular Taping (NMT) 12 times for 4 weeks. The functional value of the foot is measured by the Foot Function Index (FFI). The results of the study showed that Myofascial Release and Neuromuscular Taping (NMT) could improve foot function in plantar fasciitis patients.
Plantar Fasciitis adalah diagnosis nyeri tumit yang paling umum. Plantar Fasciitis adalah degenerasi plantar facia akibat robekan mikro berulang pada facia yang menyebabkan reaksi inflamasi, dan bukan merupakan proses inflamasi primer seperti yang diyakini sebagian besar orang. Penyebab dari Plantar Fasciitis adalah tidak diketahui tetapi diyakini bersifat multifaktorial, dengan biomekanik abnormal dan penyembuhan yang tertunda kemungkinan besar menjadi penyebabnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan nyeri Plantar Fasciitis setelah pemberian intervensi Myofascial Release dan Neuromuscular Taping (NMT). Penelitian ini menggunakan metode Case Study. Sampel penelitian ini adalah seorang pria usia 28 tahun yang diberikan intervensi fisioterapi berupa kombinasi Myofascial Release dan Neuromuscular Taping (NMT) sebanyak 12 kali selama 4 minggu. Nilai fungsional kaki diukur dengan Foot Function Index (FFI). Hasil penelitian menunjukkan pemberian Myofascial Release dan Neuromuscular Taping (NMT) dapat meningkatkan fungsional kaki pada penderita Plantar Fasciitis
LPPM Universitas Abdurrab
2023-08-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3838
10.36341/jif.v6i02.3838
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 6 No 02 (2023): Agustus; 37-40
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3838/1593
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/3916
2024-02-19T08:36:18Z
jif:ART
PERBEDAAN ACTIVE DYNAMIC BACK EXERCISE DAN MUSCLE ENERGY TECHNIQUE TERHADAP KEMAMPUAN AKTIVITAS FUNGSIONALLOW BACK PAIN NON SPECIFIC
Amfiati, Nindi
Yani, Fitri
Latar belakang: Low back pain non specific merupakan nyeri punggung bawah tidak spesifik, nyeri pada T12 dan lipatan gluteal dan tidak berhubungan dengan masala neurologi Tujuan: Untuk mengetahui apakah Ada perbedaan active dynamic back exercise dan muscle energy technique terhadap peningkatan kemampuan aktifitas fungsional low back pain non specific. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimen dengan teknik purposive sampling, dengan two group pre-postest desain. Sampel penelitian ini adalah karyawan Pabrik Mie Lethek Garuda yang berjumlah 16 orang dengan usia 35-65 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil: Hasil data menggunakan paired sample t-test pada kelompok p I dan II nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya perlakuan yang diberikan pada kelompok I dan II berpengaruh pada peningkatan akitivitas fungsional low back pain non specific dan Dari hasil uji independent t-test menunjukkan nilai p=0,850 (p>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan pengaruh secara signifikan antara kelompok perlakuan I dan II. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pengaruh signifikan antara Active Dynamic Back Exercise Dan Muscle Energy Technique terhadap kemampuan aktivitas fungsional Low Back Pain Non Sepfific. Saran: Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan banyak jumlah responden serta mengontrol secara penuh aktivitas responden baik saat bekerja dan sesudah bekerja.
LPPM Universitas Abdurrab
2024-02-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3916
10.36341/jif.v7i1.3916
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Fisioterapi; 9-16
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/3916/1792
Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/4343
2024-02-19T08:41:37Z
jif:ART
PENGARUH PLYOMETRIC TRAINING TERHADAP PERUBAHAN KEKUATAN DAN KECEPATAN PADA TIM BOLA VOLI SMA NEGERI KEBERBAKATAN OLAHRAGA
PENGARUH PLYOMETRIC TRAINING TERHADAP PERUBAHAN KEKUATAN DAN KECEPATAN PADA TIM BOLA VOLI SMA NEGERI KEBERBAKATAN OLAHRAGA
Hikmah, Nurul
Arana, Yunita Angraeni
Background: In volleyball, passing, jumping, smash and block movements are very much needed strength and very high speed. To increase strength and speed is to practice plyometric training, namely countermovement jumps and lateral cone hops with sprints. It aims to be able to perform techniques with high jumps, and speed when taking the ball.
Method: This type of research is a pre-experimental research. This research is a research method used to describe changes in the strength and speed of volleyball players after providing plyometric training. The design used in this study is one group pretest-posttest design. The sample in this study was taken with a purposive sampling technique and then a total sample of 20 people was obtained and each treatment was given plyometric training.
Results: The results showed that the provision of plyometric training could result in an increase in volleyball player strength with an average statistical result of pre test 231.00 to 300.00 in the post test and an increase in speed with an average pre-test statistic 4.6730 to 3, 9340 in the post test. T Test results show that giving plyometric training can result in increased strength and speed.
Conclucion: So the conclusion is that plyometric training has a significant influence on the level of strength and speed of volleyball players in senior high school of sport Makassar. Based on the results of significant calculations P = 0,000 or <0.05. Suggestions for athletes and trainers is to use plyometric training that has been programmed to increase strength and speed, in order to improve athlete performance and support game success.
Keywords: Plyometric Training, strength, speed, Countermovement Jump, Lateral Cone Hops with Sprint.
Latar Belakang: Dalam olahraga bola voli, gerakan-gerakan passing, service melompat, smash dan block sangat dibutuhkan kekuatan dan kecepatan yang sangat tinggi. Untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan adalah dengan latihan plyometric training yaitu countermovement jump dan lateral cone hops with sprint. Hal ini bertujuan agar mampu melakukan teknik tersebut dengan lompatan yang tinggi, dan kecepatan saat mengambil bola.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat praexperimental. Penelitian ini merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan perubahan kekuatan dan kecepatan pemain bola voli setelah pemberian plyometric training. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 20 orang dan diberikan masing-masing perlakuan Plyometric Training.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian plyometric training dapat menghasilkan peningkatan kekuatan pada pemain bola voli dengan hasil statistik rata-rata pre test 231,00 menjadi 300,00 saat post test dan peningkatan pada kecepatan dengan hasil statistik rata-rata pre test 4,6730 menjadi 3,9340 saat post test. Hasil T Test menunjukkan bahwa pemberian plyometric training dapat menghasilkan peningkatan pada kekuatan dan kecepatan.
Kesimpulan: Maka didapatkan kesimpulan yaitu plyometric training ada pengaruh perubahan yang bermakna terhadap tingkat kekuatan dan kecepatan pemain bola voli SMA Keberbakatan Olahraga Makassar. Berdasarkan hasil dari perhitungan significan P = 0,000 atau <0,05. Saran bagi olahragawan dan pelatih yaitu dapat menggunakan plyometric training yang terprogram untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan, guna meningkatkan performa seorang atlet dan menunjang kesuksesan permainan.
Kata Kunci: Plyometric Training, kekuatan, kecepatan, Countermovement Jump, Lateral Cone Hops with Sprint.
LPPM Universitas Abdurrab
2024-02-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4343
10.36341/jif.v7i1.4343
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Fisioterapi; 32-40
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4343/1796
Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/4418
2024-02-19T08:36:18Z
jif:ART
PERBEDAAN KINESIOTAPPING DENGAN PEMBERIAN MASSAGE PADA IBU HAMIL DALAM MENURUNKAN NYERI PINGGANG PADA TRIMESTER 3
PERBEDAAN KINESIOTAPPING DENGAN PEMBERIAN MASSAGE PADA IBU HAMIL DALAM MENURUNKAN NYERI PINGGANG PADA TRIMESTER 3
Wibowo, Berliana Windi
Munawwarah, Muthiah
Amir, Trisia Lusiana
Noviati, Nuraini Diah
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan efek dari kinesiotapping dan massage untuk mengurangi nyeri pinggang pada ibu hamil di trimester 3. Metode: Penelitian ini bersifat quasi experimental dengan pre test - post test group design, dimana nyeri diukur menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Sampel terdiri dari 14 orang di Praktek Bidan Dinar Kusuma Dewi Karawang. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan: kelompok perlakuan I terdiri dari 7 orang diberikan intervensi kinesiotapping dan kelompok perlakuan II terdiri dari 7 orang diberikan intervensi massage. Hasil: Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk test didapatkan data tidak berdistribusi normal (p<0,05), sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene’s test didapatkan data bersifat homogen (p>0,05). Hasil uji hipotesis I menggunakan Wilcoxon test diperoleh nilai p=0,017 dengan nilai median(min-maks) sebelum dan sesudah sebesar 5(4-6) dan 3(1-3). Hasil uji hipotesis II menggunakan Wilcoxon test diperoleh nilai p=0,016 dengan nilai median(min-maks) sebelum dan sesudah sebesar 5(4-8) dan 1(0-3). Hasil uji hipotesis III menggunakan Mann Whitney test diperoleh nilai p=0,006 dengan nilai median(min-maks) sebelum dan sesudah sebesar 3(2-4) dan 4(4-6). Kesimpulan: Ada perbedaan yang signifikan antara intervensi kinesiotapping dengan massage terhadap penurunan nyeri pinggang pada ibu hamil trimester 3.
Objective: To determine the different effects of kinesiotapping and massage to reduce low back pain in pregnant women in the 3rd trimester. Methods: This study is quasi-experimental with a pre-post test group design, where pain is measured using Numeric Rating Scale (NRS). The sample consisted of 14 people at Dinar Kusuma Dewi Midwife Practice in Karawang. The sample was divided into 2 treatment groups: treatment group I consisted of 7 people given kinesiotapping intervention and treatment group II consisted of 7 people given massage intervention. Results: The normality test using the Shapiro Wilk test found that the data was not normally distributed with a p value < 0.05, while the homogeneity test using Levene's test found that the data was homogeneous with a p value > 0.05. The results of hypothesis testing I using the Wilcoxon test obtained a value of p = 0.017 with median (min-max) before and after amounting to 5 (4-6) and 3 (1-3). The results of hypothesis II using the Wilcoxon test obtained a p value = 0.016 with median (min-max) before and after of 5 (4-8) and 1 (0-3). The results of hypothesis III test using Mann Whitney test obtained p value = 0.006 with a median (min-max) before and after of 3 (2-4) and 4 (4-6). Conclusion: There is a significant difference between kinesiotapping intervention and massage to reduce low back pain in 3rd trimester pregnant women.
LPPM Universitas Abdurrab
2024-02-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4418
10.36341/jif.v7i1.4418
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Fisioterapi; 27-31
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4418/1795
Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/4429
2024-02-19T08:36:18Z
jif:ART
CASE STUDY: SPRAIN ANKLE FASE AKUT DENGAN PENERAPAN MANUAL LYMPHATIC DRAINAGE MASSAGE DAN NEUROMUSCULAR TAPING UNTUK MENGURANGI NYERI DAN OEDEM
CASE STUDY: SPRAIN ANKLE FASE AKUT DENGAN PENERAPAN MANUAL LYMPHATIC DRAINAGE MASSAGE DAN NEUROMUSCULAR TAPING UNTUK MENGURANGI NYERI DAN OEDEM
Rizal, Yose
Samosir, Nova Relida
Lateral Sprain Ankle is an injury that occurs due to excessive stretching (overstretching and hypermobility) or trauma to the lateral ligament complex, due to sudden inversion and plantar flexion forces during exercise or physical activity. The aim of this research is to determine the effectiveness of Manual Lymphatic Drainage Massage and Neuromuscular Taping (NMT) to reduce pain and swelling. This research uses the Case Study method. The sample for this study was a 16 years old male who was given physiotherapy intervention in the form of a combination of Manual Lymphatic Drainage Massage and Neuromuscular Taping (NMT) which was carried out at the ADA Physiotherapy Clinic Pekanbaru with physiotherapy procedures 6 times over 2 weeks. Pain values are measured using the Visual Analog Scale (VAS), while swelling is measured using a measuring tape (meterline). After 6 treatments, it was found that the pain score was reduced from 7 to 3 on the Visual Analog Scale (VAS), swelling circumference from 54.8 cm to 53.2 cm using the Figure of Eight technique. The results of this study show that the application of Manual Lymphatic Drainage Massage and Neuromuscular Taping (NMT) can reduce pain and swelling in Lateral Sprain Ankle conditions.
Lateral Sprain Ankle merupakan cedera yang terjadi karena penguluruan berlebihan (overstretching dan hypermobility) atau trauma pada ligamen kompleks lateral, oleh adanya gaya inversi dan plantar fleksi yang tiba-tiba ketika sedang berolahraga, aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas Manual Lymphatic Drainage Massage dan Neuromuscular Taping (NMT) untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Penelitian ini menggunakan metode Case Study. Sampel penelitian ini adalah seorang pria usia 16 tahun yang diberikan intervensi fisioterapi berupa kombinasi Manual Lymphatic Drainage Massage dan Neuromuscular Taping (NMT) yang dilakukan di Klinik ADA Physiotherapy Pekanbaru dengan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali selama 2 minggu. Nilai nyeri diukur dengan Visual Analog Scale (VAS), sementara untuk bengkak diukur dengan menggunakan pita ukur (meterline). Setelah 6 kali terapi didapati adanya pengurangan nilai nyeri dari 7 menjadi 3 skala Visual Analog Scale (VAS), lingkar bengkak dari 54,8 cm menjadi 53,2 cm dengan teknik Figure of Eight. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan Manual Lymphatic Drainage Massage dan Neuromuscular Taping (NMT) dapat mengurangi nyeri dan bengkak pada kondisi Lateral Sprain Ankle.
LPPM Universitas Abdurrab
2024-02-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4429
10.36341/jif.v7i1.4429
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Fisioterapi; 23-26
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4429/1794
Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/4444
2024-02-27T09:14:52Z
jif:ART
CASE STUDY: INTERVENSI FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROMEE (CTS) DENGAN MODALITAS ULTRASOUND (US) DAN CARPAL BONE MOBILIZATION UNTUK MENGEMBALIKAN AKTIVITAS FUNGSIONAL TANGAN
CASE STUDY: INTERVENSI FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROMEE (CTS) DENGAN MODALITAS ULTRASOUND (US) DAN CARPAL BONE MOBILIZATION UNTUK MENGEMBALIKAN AKTIVITAS FUNGSIONAL TANGAN
Permata, Ayu
Syam, Perigel Saifullah Putra
Background: Carpal Tunnel Syndromee (CTS) is an entrapment neuropathy that most often occurs in the wrist. This syndromee occurs due to pressure on the median nerve as it passes through the carpal tunnel in the wrist, precisely under the flexor retinaculum. The problems that occur in this case are pain in the wrist, pinching of the median nerve, decreased functional ability of the hand. Objective: This research is aimed at Carpal Tunnel Syndromee sufferers to improve the functional abilities of the hands. Research Method: Case study with 1 sample person suffering from Carpal Tunnel Syndromee with Severe Disability. Ultrasound intervention and carpal bone mobilization 3 times a week for 3 weeks. This research was conducted at the Tampan Pekanbaru Psychiatric Hospital in April-May 2022. The instrument used to measure hand functional ability was the Wrist Hand Dissability Index (WHDI. The pre and post test research design was to compare WHDI scores. Results: The results obtained were an increase in the functional ability of the hand, namely from a score = 24/50 x 100% = 48% (Severe Disability/severe disability) to a Score: 16/50 x 100% = 32% (Moderate). Conclusion: Ultrasound intervention and mobilization of the carpal bones are conservative interventions in the treatment of Carpal Tunnel Syndromee which can restore the functional ability of the hand.
Latar Belakang: Carpal Tunnel Syndromee (CTS) adalah entrapment neuropaty yang paling sering terjadi pada pergelangan tangan. Sindroma ini terjadi akibat adanya tekanan nervus medianus pada saat melalui terowongan carpal di pergelangan tangan tepatnya di bawah flexor retinakulam. Masalah yang terjadi pada kasus ini yaitu nyeri pada pergelangan tangan, penjpitan pada nervus medianus, adanya penurunan kemampuan fungsional pada tangan. Tujuan: Penelitian ini ditujukan kepada penderita kondisi Carpal Tunnel Syndrome untuk meningkatkan kemampuan fungsional tangan. Metode Penelitian: Case study dengan jumlah sampel 1 orang penderita Carpal Tunnel Syndrome dengan tingkat Severe Disability. Intervensi Ultrasound dan carpal bone mobilization selama 3 kali seminggu dalam 3 minggu. Penelitian ini dilakukan di RS Jiwa Tampan Pekanbaru pada bulan April-Mei tahun 2022. Instrumen pengukuran kemampuan Fungsional Tangan yang digunakan yaitu Wrist hand Dissabiity Index (WHDI. Desain penelitian pre and post test yaitu membandingkan score WHDI. Hasil: Didapatkan Peningkatan Kemapuan Fusngional Tangan yaitu dari Skor = 24/50 x 100% = 48% (Severe Disability/cacat parah) menjadi Score :16/50 x 100% = 32% (Moderate). Kesimpulan: Pemberian intervensi Ultrasound dan carpal bone mobilization merupakan salah satu intervensi konservatif pada perawatan Carpal Tunnel Syndrome yang dapat mengambalikan kemampuan fungsional tangan.
LPPM Universitas Abdurrab
2024-02-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4444
10.36341/jif.v7i1.4444
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Fisioterapi; 1-8
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4444/1791
Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
oai:ojs.jurnal.univrab.ac.id:article/4448
2024-02-19T08:36:18Z
jif:ART
CASE STUDY: MENGURANGI VERTIGO PADA PENDERITA BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV) DENGAN METODE SEMONT LIBERATORY MANEUVER DAN BRANDT DAROFF EXERCISE
CASE STUDY: MENGURANGI VERTIGO PADA PENDERITA BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV) DENGAN METODE SEMONT LIBERATORY MANEUVER DAN BRANDT DAROFF EXERCISE
Zein, Renni Hidayati
Zada, Talitha Samntha
ABSTRACT
Bacground: Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) adalah is a vestibular disorder that often caused perifer vertigo caused by a sudden change in head position. BPPV is manifested by spinning and shifting dizziness in addition to nausea, vomiting, cold sweat, nystagmus, and balance issues when the position of the head shifts against gravity as a result of adhesions or floating calcium carbonate crystals or otoliths in the semicircular canals, a condition known as vertigo occurs. Purpose: The goal of this study was to evaluate the efficiency of physiotherapy treatment for reducing vertigo in BPPV patients utilizing the semont liberatory maneuver and brandt baroff exercise. Research Method : A case study that is presented as a descriptive narrative is the research approach that was chosen. Research subjects consisted of a single benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) specimen that met the specimen acceptance criteria. The study was carried out 6 times in therapy at the FIT Centrum, Aesthetic, Sport, Rehab Center & Food Pekanbaru clinic. Assessment with the vertigo symptom scale-short form (VSS-SF) measurement tool revealed a reduction in vertigo symptoms compared to the VSS-SF total score, i.e. from 27 to 14. Result: : Based on the results of this study, it can be concluded that the semont liberatory maneuver and brandt daroff exercise can help patients with benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) reduce symptom and recurrence of vertigo.
Latar belakang Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) adalah gangguan vestibuler tersering penyebab vertigo perifer akibat perubahan posisi kepala secara mendadak. BPPV menyebabkan suatu kondisi pusing berputar dan berpindah yang disertai mual, muntah, keringat dingin, nystagmus, dan gangguan keseimbangan ketika posisi kepala berubah terhadap gaya gravitasi akibat perlengketan atau mengambanganya kristal kalsium karbonat atau otolit di dalam kanalis semisirkularis yang disebut vertigo. Tujuan penelitian: untuk mengetahui hasil dan manfaat penalataksanaan fisioterapi mengguakan semont liberatory maneuver dan brandt daroff exercise untuk mengurangi vertigo pada penderita BPPV. Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang disajikan dalam bentuk narasi deskriptif. Subjek penelitian terdiri dari sampel tunggal benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) yang memenuhi kriteria penerimaan sampel. Penelitian dilakukan 6 kali terapi mulai tanggal 13 Maret 2023 – 24 Maret 2023 di klinik FIT Centrum, Aesthetic, Sport, Rehab Centre & Food Pekanbaru. Evaluasi dengan alat ukur vertigo symptom scale-short form (VSS-SF) didapati pengurangan gejala vertigo dari total skor VSS-SF yaitu 27 menjadi 14.Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan nyeri dari sebelum intervensi dengan nilai nyeri diam 7, nyeri tekan 5 dan nyeri gerak 7 hingga terapi ke 12 didapatkan nilai nyeri diam 5, nyeri tekan 2 dan nyeri gerak 4. Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semont liberatory maneuver dan brandt daroff exercise dapat mengurangi gejala dan repetisi vertigo pada penderita benign paroxysmal positional vertigo (BPPV).
Kata kunci: vertigo, semont liberatory, brandt daroff
LPPM Universitas Abdurrab
2024-02-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4448
10.36341/jif.v7i1.4448
Jurnal Ilmiah Fisioterapi; Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Fisioterapi; 17-22
2620-6773
2620-5777
ind
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/4448/1793
Copyright (c) 2024 Jurnal Ilmiah Fisioterapi
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0